Ada delapan kecerdasan majemuk yang dikemukakan oleh Howard Gardner yang dituangkan dalam bukunya berjudul “Frames of Mind” (1983) telah merubah cara pandang kita dalam mempelajari kecerdasan manusia. Semula kecerdasan cenderung ditafsirkan secara tunggal, sebatas intelektual dalam ukuran IQ yang bersifat permanen. Diantara yang kedelapan itu ialah kecerdasan musikal. Musik adalah suatu karya seni dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik: irama, melodi, harmoni, bentuk atau struktur lagu, dan ekspresi sebagai satu kesatuan.
Saat ini ruang karya untuk music yang baik didengar oleh anak-anak sangatlah sedikit, bahkan industry music saat ini lebih mementingkan sisi profit sehingga banyak pencipta lagu yang lebih konsen untuk menciptakan lagu untuk kepentingan bisnis. Padahal musik mempunyai peranan penting, selain dapat mengembangkan kreatifitas, musik juga dapat membantu perkembangan individu, mengembangkan sensitivitas, membangun rasa keindahan, mengungkapkan ekspresi, memberikan tantangan, melatih disiplin dan mengenalkan sejarah budaya bangsa.
Di masyarakat banyak kita temukan anak-anak lebih hafal melantunkan lagu-lagu orang dewasa. Salah satu penyebabnya adalah perkemabngan iptek yang sangat pesat, sehingga masyarakat dengan mudah menerima informasi lagu tersebut, yang hampir setiap saat diputar. Segmen audiens pun dikesampingkan, bahkan segala umur dapat menyaksikan dan mendengar materi lagu orang dewasa. Terlebih maraknya penyiaran program televisi yang menyajikan program hiburan live musik.
Dunia anak sangat identik dengan dunia bermain. Banyak sekali hal-hal lucu, bahagia dan tawa. Lagu anak memberikan esensi semangat yang menggebu-gebu, membentuk perilaku yang baik sebagai seorang anak. Lagu Naik-naik ke Puncak Gunung, Bintang kecil, Abang Tukang Bakso, Aku Anak Gembala, Diobok-obok, Dudidam, Bolo-bolo, Topi Saya Bundar, Menanam Jagung, Tik-tik Bunyi hujan, dan lagu anak lainnya dapat kita temukan pada saat TK dan SD. Dan saat ini sudah jarang lagi dinyanyikan oleh anak-anak di sekitar kita.
Berangkat dari persoalan tersebut, Chill and Break menggandeng beberapa pengusaha untuk membantu kampanye #savelaguanak. Sebagai ketua panitia, Kak Fajar yang juga selaku Manager di Chill and Break Café menggagas kompetisi tarik suara ini dengan tujun anak-anak bisa menikmati lagu-lagu yang bernuansa anak-anak.
‘’Alasan saya menggaandengan beberapa pihak untuk terlibat karena saat ini banyak sekali kita temui anak-anak menyanyikan lagu-lagu orang dewasa. Sehingga saya mengambil peran untuk terlibat agar anak-anak bisa bernyanyi lagu-lagu seusianya’’, jelas Kak Fajar yang juga hobi bernyanyi.
Tak hanya pengusaha, pihak artis pun coba di gaet untuk terlibat dalam kompetisi ini. Kak Fitri Carlina, artis yang memiliki suara emas ini juga ikut berpartisipasi mengkampanyekan lagu anak-anak. Selain sibuk sebagai artis, beliau yang juga sebagai CEO Banyuwangi Savana Cake ini mempunyai mimpi agar banyak musisi dari putra daerah menciptakan lagu usia anak. Di tunjuk sebagai dewan juri, Kak Fitri Carlina merasa senang dan mengapresiasi semua peserta yang hadir memeriahkan event tersebut.
Sudah ada 11 finalis yang lolos seleksi dalam kompetisi ini. Dan tehap selanjutnya aka nada penilaian kembali oleh dewan juri termasuk terdapat point tambahan melalui video yang ditonton oleh pemirsa di jejaring sosial Youtube.
Tak hanya artis dan pengusaha yang terlibat. Yayasan Rumah Literasi Indoensia yang selama ini focus pada gerakan kampanye literasi di Banyuwangi dan beberapa daerah di Indonesia pun terlibat dalam kompetisi ini. Sejak 3 tahun terakhir komunitas yang konsen pada Gerakan 1000 Rumah Baca ini telah berhasil menginisiasi 52 Rumah Baca yang tersebar di seluruh pelosok Tanah Gandrung.
Kak Tunggul, selaku Founder Yayasan Rumah Literasi Indonesia menyampaikan bahwa budaya literasi yang masih rendah ini adalah tanggungjawan kita semua. Seni dan hobi adalah media yang sangat efektif dalam upaya meningkatkan budaya literasi. Termasuk melalui musik/lagu.
‘’Kepekaan atau literasi pada seseorang tentu tidak muncul begitu saja. Tidak ada manusia yang sudah literat sejak lahir. Sebagai orang tua kita harus terus belajar menghargai keberagaman anak salah satunya kecerdasan musik. Melalui seni dan budaya seharusnya masyarakat berupaya membuat ekosistem pendidikan yang baik untuk tumbuh kembang anak-anak’’, jelas Kak Tunggul, pencipta Lagu Guru Merdeka Belajar bagi Komunitas Guru Belajar.
Kompetisi ini berlangsung hingga hingga bulan Februari dan puncak acara berlokasi di Gedung Kesenian dan Budaya (GESIBU) Blambangan. Ada beberapa artis juga akan menghibur para penonton yang hadir termasuk partisipasi dari pegiat literasi melalui seni teater, drama dan pantomime anak-anak.
Comments are closed