Bergerak dalam kamus besar bahasa indonesia berarti (mulai) melakukan suatu usaha; mengadakan aksi; berusaha giat (dalam lapangan politik, sosial) . Bergerak itu harus dilakukan secara bersama-sama. Mengapa? Berjamaah itu lebih baik daripada sendirian. Lantas bagaimana jika bergerak sendiri ? Bisa!  Namun,  kita hanya memiliki dua kaki dan dua tangan, jarak tempuh yang jauh akan membuat kita lebih lama sampai daripada bergerak bersama dan jika semangat turun, pilihannya adalah berhenti di tempat,  atau memulai lagi melanjutkan perjalanan dengan waktu yang lama.

Berbeda dengan bergerak bersama. Ada banyak kaki dan banyak tangan yang membantu. Dan ada ribuan mulut,  dan hati untuk saling mendukung jika salah satu teman mulai turun semangatnya. Ya,  bergerak bersama lebih cepat sampai. Bergerak bersama support system paling ampuh dan bisa lebih menggerakkan orang banyak. Dalam Program acara tv Crowd Control yang ditayangkan di national geographic.  Suatu tayangan yang menyajikan bahwa sikap negatif seseorang itu bisa dirubah jika lingkungan sekitar,  atau ada gerakan banyak orang melakukan hal yang positif dengan cara kreatif. Contoh nih, di suatu episode, kebiasaan buruk orang orang adalah lebih memilih eskalator (tangga berjalan)  daripada tangga biasa. Kenapa buruk? Karena dengan melalui eskalator, orang menjadi malas berjalan. Nah beragam cara dilakukan, kampanye pertama memberi himbauan dengan memasang sebuah rambu bahwa jika ingin gemuk gunakan eskalator,  jika ingin kurus gunakan tangga biasa. Hal ini tidak berhasil. Cara lain adalah,  memasang nada di setiap tangga manual. Jadi setiap orang yang lewat tangga biasa akan menghasilkan bunyi bunyian. Cara ini kurang efektif jika hanya dilakukan oleh satu orang. Cara ini berhasil ketika banyak pemain figuran memberi contoh, melalui gerakan lewat tangga manual yang bernada. Ada lagi satu episode kebalikan dari yang tadi. Menciptakan budaya baru,  padahal sebelumnya tak pernah dilakukan. Contohnya adalah ada suatu episode dimana settingnya adalah tempat antrian dokter. Disana ada sofa,  buku bacaan, dan ada 10 orang figuran. Ketika ada satu orang target datang ke tempat antrian itu, awalnya tidak ada apa apa. Tapi ketika 10 menit kemudian ada bunyi bel,  semua pemain figuran berdiri. Lalu, duduk kembali. Tiba tiba terdengar bunyi bel lagi, figuran berdiri lagi,  dan duduk kembali. Akhirnya terpola,  bahwa ketika bunyi bel harus berdiri. Ketika semua figuran sudah dapat giliran,  dan tinggal target tersebut yang belum masuk. Ketika terdengar bel,  orang tersebut berdiri meskipun tidak ada orang yang melihat.  Ya kebiasaan inilah yang membuat hal yang dilakukan adalah benar.

Padahal tidak semua kebiasaan itu belum tentu benar, tapi kebenaran itu yang harusnya di biasakan

Dari contoh program tv crowd control itu bisa disimpulkan bahwa sesuatu yang baik atau yang buruk sekalipun dapat dirubah dengan menciptakan suatu budaya yang dilakukan banyak orang. Itulah kenapa kita sudah seharusnya memperbanyak kolaborasi. Kolaborasi dengan Siapapun. Seperti yang dilakukan oleh rumah literasi,  berkolaborasi dengan banyuwangi tv. Gerakan literasi kolaborasi dengan tv? Karena kita sadar, gerakan literasi tanpa support tv/ media kita akan geraknya di aitu situ saja, misi kita akan lebih lama sampai kemasyarakat langsung. Ada banyak pihak yang bisa diajak kolaborasi. Tanpa adanya kolaborasi takkan ada puluhan rumah baca dalam beberapa tahun,  takkan ada desa literasi, takkan ada film horror dengan pemain anak disabilitas.

Hari gini, kolaborasi menjadi kunci dalam suatu gerakan. Sudah bukan jamannya lagi untuk berkompetisi.

Perbanyak kolaborasi, kurangi kompetisi,  karena kita NKRI,  kata ridwan kamil,  walikota bandung

Dengan adanya kunci (kolaborasi) ini, maka akan membuka pintu pintu rejeki yang tidak pernah disangka sangka sebelumnya. Akan ada ruang ruang yang lebih luas yang bisa dijangkau dengan mudah.

Saat ini, Bukan lagi tentang “ini loh komunitasku, mana komunitasmu? “. Buang jauh ego komunitas,  ego pribadi, berjamaah lebih baik daripada sendiri. Cara kerja milenial adalah berkoloni,  untuk membuat sebuah gerakan. Memurut yoris sebastian dalam buku generasi langgas, menyebutkan bahwa generasi langgas (milenial)  itu generasi peduli akan perubahan. Peduli akan perubahan ditopang dengan kolaborasi,  maka akan banyak pekerjaan yang bisa dilakukan. Akan banyak masalah masalah indonesia terselesaikan Dengan cepat.

Bukankah para pendiri bangsa ini punya slogan,  begini bunyinya

Bersatu kita teguh,  bercerai kita runtuh

Jadi, Masih mau menunda untuk berkolaborasi?

 

___________________________________________

Rahmadinata Syafa’at S.SI

Relawan di Rumah literasi Indonesia yang kebetulan menjadi Staff Desa di desa literasi ketapang.

Comments are closed