Akhir pekan selalu ada agenda seru yang dikemas oleh para relawan Rumah Literasi Banyuwangi. Kali ini ada yang beda, gelar lapak buku di Taman Blambangan minggu pagi terlihat sangat ramai karena puluhan anak-anak dari Rumah Baca Gubug Laskmi belajar bareng dalam acara Literasik, sebuah program kampanye literasi dengan menggelar lapak buku bersama para relawan dan pegiat pendidikan.
Puluhan judul buku anak-anak hingga orang dewasa yang digelar belaraskan tikar menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang sedang mengisi waktu liburan di taman favorit Kota Gandrung ini. Mereka bisa bersantai sambil membaca buku di bawah rindangnya pohon. Anak-anak pun dapat menikmati beragam kegiatan, mulai bermain music, menggambar, mewarnai, bermain origami, mendongeng pantomime serta games educative.
Suasana tambah semarak, ketika anak-anak- Rumah Baca Gubug Laksmi unjuk kebolehan dalam bermain egrang dan lompat bambu. Berbekal 5 pasang egrang, banyak pengunjung menjajal permainan tradisional tersebut, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Kak Ayul, selaku pendiri Rumah Baca Gubug Laksmi menjadwal agenda belajar barengan ini karena ia ingin anak-anak rumah baca yang memiliki kebutuhan khusus (ABK) dapat berinteraksi dengan lingkungannya.
“Anak-anak Rumah Baca Gubug Laksmi didominasi oleh ABK, sehingga saya dan relawan lainnya berusaha untuk membri ruang berkreativitas. Salah satunya dengan bermain egrang dan lompat bambu. Mereka juga diajarkan bagaimana melatih kerjsama tim, karena tak hanya berjalan dengan egrang, tapi mereka mulai diajak membuat konsep tarian dengan menggunakan tongkat egrang tersebut”, jelas Kak Ayul, relawan yang aktif menjadi guru di SLB Kalipuro.
Pada saat bermain permainan tradisional seperti bermain egrang, anak-anak akan melatih kecerdasannya, seperti bagaimana harus mengatur keseimbangan dan ketenangan saat berdiri diatas pijakan bambu. Salain itu, mereka akan melatih kerjasama ketika permaian ini dikemas dalam bentuk tarian.
Anak yang terlibat dalam permainan tradisional tidak lah sendirian, tentu anak membutuhkan teman untuk bermain, hal ini akan mengajarkan pada anak untuk bersosialisasi dengan baik. Bagaimana cara mengajak main teman, membantu anak yang baru pertama kali mencoba egrang, meminta maaf ketika salah, memberi penghargaan ketika ada teman yang berhasil dan tidak marah ketika ada kesalahan yang tidak sengaja dilakukan. Jadi melalui permainan tradisional, anak-anak akan diajarkan cara bersosialisasi dengan baik.
“Kegiatan Literasik mampu memberi kesan positif untuk kami dan anak-anak. Karena Literasi tidak hanya sekedar membaca. Melalui forum silaturahmi dengan ini anak anak Gubuk Laksmi menjadi tahu bahwa belajar bisa dari siapa saja. Untuk pertemuan selanjutnya mereka menginginkan bisa bersafari dan bersilaturahmi bersama teman teman dari rumah baca lainnya yang mungkin bisa memberikan inspirasi dan ide yang bermanfaat”, tegas Ayul.
Selain permainan tradisional, salah satu pantomimer cilik asal SD Al Irsyad Banyuwangi juga unjuk kebolehan di depan lapak buku dan dikerumuni para pengunjung yang sedang asyik bersantai. Diiringi musik akustik dari salah satu relawan, Adam siswa Al Irsyad yang masih duduk di kelas 3 berkolaborasi dengan Kak Faris, siswa ABK (Tuna Rungu) asal SLB Kalipuro tampil dengan cekatan. Mereka berdua pun melakukan aksi spontan karena baru pertama kali bertemu. Aksinya mendapat apresiasi dari para pengunjung karena usia yang terbilang masih kecil sudah mampu bermain pantomime dengan baik.
Minatnya di dunia pantomime membuat Adam terus belajar mengasah skillnya di salah satu wadah belajar yang digagas oleh Kak faisal. Negri Dongeng Performance Institue, adalah lembaga yang memfasilitasi anak-anak rumah baca untuk mengasah keterampilan di bidang seni. Selama ini Kak Faisal dibantu oleh beberapa relawan untuk membuat kurikulum pembelajaran bagi anak-anak yang berminat menekuni seni.
Dalam waktu dekat Rumah Baca Gubug Laksmi akan serius menggarap tarian tradisional yang bernuansa modern menggunakan media egrang. Berkolaborasi dengan relawan yang menekuni seni music dan musikalisasi puisi kemudian dikemas dengan drama musical. Rencananya hasil karya ini akan ditampilkan di peringatanj Hari Teater Sedunia tahun ini.
Comments are closed