By : Lilis Indah Rahmawati; Project Manager Inspirasi Sekolah Literasi

Festival Muharram menjadi salah satu agenda tahunan dari serangkaian festival yang digelar oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Festival Muharram yang digelar Senin, 8 Agustus 2022 adalah kegiatan Kelas Inspirasi dan Kelas Dongeng bersama 300 adik-adik dari seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi berkolaborasi dengan Yayasan kami, Yayasan Rumah Literasi Indonesia.  Bertempat di Pendapa Sabha Swagata Blambangan, Relawan Yayasan Rumah Literasi Indonesia mendesain kegiatan Festival Muharram ini dengan suka cita bahagia yang mengangkat tema “Keajaiban Membaca”.

Sebanyak 300 adik-adik se-Kabupaten Banyuwangi mengikuti Festival Muharram

Kegiatan diawali dengan penanaman Cita dan Asa, yaitu dengan pemakaian head piece dengan penulisan cita-cita adik-adik. Pemakaian head piece ini diharapkan akan kembali menjadi pengingat dan penanaman mereka tentang tidak ada pembeda, semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk berani bermimpi dan bercita-cita setinggi dan sebebas yang mereka harapkan. Ada yang bercita-cita ingin menjadi YouTuber, Polisi, Atlet, Penulis, Pelukis, Pesilat, Ustadz dan masih banyak lagi cita-cita mulia mereka.

Kolaborasi kami dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi adalah suatu contoh nyata, bahwa saat ini kolaborasi  menjadi salah satu hal yang perlu dikembangkan. Kegiatan diawali dengan kelas mendongeng bersama Kak Fais, nilai yang tersirat dalam dongeng Kak Fais kali ini adalah “Nilai Kejujuran”, dimana setiap anak diajak untuk berimajinasi dalam narasi indah yang dibawakan Kak Fais, imajinasi mereka bekerja dengan baik, hingga benih kejujuran itu ia temukan dalam alur ceritanya dan dibawa untuk menjadi bekal mereka dalam berkeseharian. Kelas dilanjutkan dengan Kelas Inspirasi bersama Kak Hikma, dalam kelas inspirasi adik-adik diajak untuk menumbuhkan mimpi, melalui hobi masing-masing dari mereka. Membaca yang tidak hanya membaca dari buku saja. Namun, melalui menonton, menulis dan bermain pun adalah bagian dari kegiatan merengkuh makna dari apa yang menjadi mimpi mereka. Gagasan awal yang ditanamkan adalah cerita tentang buku dan Film “Laskar Pelangi”, Kak Hikma menceritakan bagaimana kisah makna dari Laskar Pelangi dapat menjadi teladan baik untuk bersemangat dalam belajar dan bagaimana Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan tentang kegemaran membaca itu untuk meraih Ridho Allah SWT.

Kelas Mendongeng dan Kelas Inspirasi Festival Muharram

Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian kartu impian, dimana adik-adik dengan bantuan para relawan diberikan kesempatan untuk menuliskan harapannya. Salah satu hal yang membuat hati kita kembali terenyuh adalah harapan mereka yang dituangkan dalam pohon harapan. Pohon harapan bertujuan untuk mengajak mereka berani bermimpi dan sebagai semangat mereka untuk bisa meraihnya. Mereka bebas mengekspresikan apa yang menjadi harapan mereka. Harapan ini tak terpaku hanya pada cita-cita, tapi lebih kongkret lagi apa yang ingin dia capai dan menjadi ingin, baik segera maupun berjangka.

Tulisan Marsel di Pohon Harapan

Kartu impian itu mulai tertempel satu persatu, kami menemukan satu harapan dari ratusan kertas yang tertempel pada beberapa pohon harapan itu, yaitu kartu harapan dari Adik Marcel, tertulis “Sambungin mata ibu yang kurang sehat”, begitulah ia meminta bantuan kami untuk menuliskannya. Relawan yang membantu menuliskannya meminta penjelasan padanya, apa yang menjadi maksudnya. Marcel menjelaskan bahwa saat ini ibunya mengalami gangguan penglihatan, sehingga ia merasa iba pada ibunya yang saat ini menjadi orang tua tunggal karena sang ayah sudah kembali pada sang Rabb. Marcel setiap hari melihat ibunya dengan keterbatasan itu tak ada harapan lain selain ingin ibunya kembali sehat. Ini menjadi perhatian lebih bagi kami, bahwa ingin mereka itu kongkret dan nyata. Marcel yang hanya memiliki ibunya saat ini, tetapi melihat kondisi ibunya yang memiliki keterbatasan penglihatanpun malu untuk memiliki cita-cita lainnya, dia seolah gagap ketika ditanya memiliki cita-cita apa. Bayangan kami seolah tertembus bahwa fokusnya hanya ibunya, apapun yang dia lakukan untuk ibunya. Doa, kasih, cinta dan segala hal adalah untuk ibu.

Sayangnya kami kurang memiliki banyak waktu untuk berbincang lebih lanjut mengenai kondisi Marcel. Dari keterbatasan inilah kami menulis, kami ingin mengabarkan bahwa dari harapan dan ingin mereka ini, bisa menjadi suatu trobosan baru bagi para pemangku kebijakan untuk bisa menyusun program berbasis kebutuhan masyarakat, salah satunya adalah membaca pohon harapan adik-adik yang memiliki keterbatasan ini. Kami membayangkan ketika program yang dijalankan bertolak ukur pada masalah yang nyata, ini akan menjadi trobosan dan inovasi baru untuk mencetuskan suatu program yang lebih komprehensif. Agar bisa mendukung atensi terhadap anak yatim harus holistik, mulai dari akses pendidikannya, kesehatannya, sosial maupun psikososial termasuk urusan spiritualnya.

Kami berharap apa yang ada dalam “Pohon Harapan” ini dapat diketahui oleh banyak pihak, baik pemerintah Kabupaten maupun kelompok-kelompok masyarakat termasuk kami. Ini saat yang tepat untuk kita sama-sama melihat lebih dalam, apakah program-program yang telah kita jalankan benar-benar sesuai dengan harapan dan berdampak pada masyarakat, khususnya kelompok marginal? Sudah efektifkah program-program tersebut? Bagaimana mengukur efektivitasnya? Bagi kami, kebutuhan masyarakat adalah dasar dari semua program, siapa pun pelaksananya. Kami yakin, dengan kolaborasi multi pihak, gerakan literasi berbasis komunitas akan mampu melahirkan terobosan-terobosan yang pada akhirnya dapat mendekatkan harapan-harapan masyarakat dan menembus dinding kesenjangan, terutama kamu marginal, menjadi kenyataan.

#

Comments are closed