Refleksi Satu Tahun Desa Literasi Ketapang

Tepat Setahun lalu, 18 februari 2017 gagasan desa literasi di luncurkan. Salah satu ikhtiar kecil kami dalam menerjemahkan nawa cita yaitu membangun negara dari pinggiran. Tidak hanya membangun secara fisik dalam gagasan desa literasi lebih menekankan pada pembangunan dimulai dari sumber daya manusianya (SDM).

Pembangunan sumber daya manusia (SDM)  tidak cukup dengan waktu singkat. Seperti halnya, membangun secara fisik.  Hanya butuh beberapa bulan,  hasil sudah terlihat. Bukan demikian, di dalam pembangunan SDM ada proses dan tahapan panjang yang harus dilalui dan hasilnya pun tidak serta merta terlihat. Minimal tumbuh kesadaran untuk merubah pola pikir (mindset) dalam waktu yang cukup singkat adalah suatu pencapaian yang luar biasa.

Ada banyak sekali tantangan dalam menajalankan program desa literasi ini. Minimnya dukungan dari lingkungan sekitar, perlu usaha yang luar biasa untuk meyakinkan warga desa bahwa pembangunan manusianya itu penting. Indikator yang sudah dibuat menjadi sebuah pencapaian dan sekaligus catatan yang harus terus diperbaiki. Dalam setahun ini secara kuantitas, sudah 66% atau 6 dari 9 indikator sudah dilakukan di desa literasi ketapang. Tentu banyak hal yang perlu diperbaiki terutama meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan. Minimal, warga desa mulai terpapar apa itu literasi, apa itu pembangunan SDM. Secara Target di tahun awal, kita sudah melampaui target. Kami menargetkan dalam setahun hanya 3 indikator yang tercapai kita bisa mencapai 6 indikator. Tentu kita akan terus selalu perbaiki secara kualitas. Mari kita bedah satu persatu per program.

1. 1 RW 1 Rumah Baca

Dalam realisasinya,  untuk mendekatkan buku bacaan di desa literasi ini masih mampu menghasilkan satu dusun rumah baca, yaitu di dusun gunung remuk. Rumah baca sahabat kecil. Harapannya adalah rumah baca menjadi pusat kegiatan kreatif masyarakat tidak hanya di bidang pendidikan,  ekonomi dan lain lain berpusat di rumah baca.

2. School of Parenting (Sekolah Pengasuhan bagi Orang Tua)

Dalam realisasinya, refleksi tahun lalu pencapaian Indikator school of parenting masih top to down belum timbul kesadaran masyarakat untuk ikut secara sadar dan merdeka dalam sekolah parenting ini.

3. Street Shop (Bazar Amal Barang Layak Pakai untuk Komunitas Tertarget)

Salah satu indikator yang menurut saya sukses adalah street shop bazar amal barang layak pakai ini mulai membuka wawasan masyarakat bahwa membantu tak hanya sekedar memberi uang / menyalurkan barang bekas kemudian ditinggal. Tidak.  Dalam realisasinya, masyarakat teredukasi bahwa untuk mendapatkan sesuatu itu butuh usaha. Streetshop di tahun kemarin berhasil dilakukan di dua rumah baca, rumah baca ceria glenmore dan rumah baca sahabat kecil. Berhasil membantu anak anak rumah baca mulai dr paud/tk, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan bantuan tools untuk dua rumah baca penyelenggara street shop. Tak hanya itu,  street shop juga berhasil menarik klub motor untuk ikut berpartisipasi untuk penggalangan dan penyaluran bantuan.

4. Panggung Literasi (Media Aktualisasi Minat dan Bakat Masyarakat)

Panggung literasi merupakan salah satu cara kita untuk membuat sebuah tontonan menjadi tuntunan.  Tidak hanya menyajikan bagaimana isinya,  tapi di panggung literasi mengajarkan juga bagaimana memanaje panggung menjadi meriah dan apik. Refleksi tahun lalu adalah masih belum mampu meningkatkan partisipasi masyarakat untuk ikut andil dalam memanaje sebuah panggung.

5. I – Desa (Inkubasi Informasi Ide dan Inovasi Pembangunan Desa)

I desa salah satu indikator yang paling sering dilakukan. Banyak ide ide yang lahir dari idesa, tak hanya ide banyak juga informasi yang tersalurkan melalui IDESA

Scroll to Top