Oleh Rahmadinata Syafa’at
Tulisan ini pernah saya ambil dari blog saya pribadi tanggal 27 Februari 2015 yang miris karena budaya kita mulai luntur.
Apa kabar artis betawi? Apakah memiliki tempat khusus di pertelivisian?
Apa kabar artis sunda? Tidakkah ada artis local sunda yang bersaing dengan Artis india?
Miris, budaya kita yang sudah mulai tergeser dengan budaya asing. Apa yang kita banggakan dengan orang asing berbahasa Indonesia? Bangga? Tidak, miris iya. Masih banyak dalang local yang tak punya job. Berapa ratus juta untuk mendatangkan artis dari india. Berapa juta untuk sekadar “memakai” jasa para dalang atau “memakai” artis local.
Sejelek itukah, sehingga kita harus impor budaya? Apa yang kita wariskan untuk anak cucu kita kalau sedari dini sudah dikenalkan dengan budaya luar. Sementara budaya kita terbengkalai. Miris.
Jangan heran, Negara sebelah yang mengklaim budaya kita sebagai budayanya. Kita tak perlu untuk mencak mencak, tak perlu mesoh mesoh. Cukup introspeksi diri saja. Sudahkah kita ikut menjaga? Sudahkah kita ikut melestarikan. Mungkin kalau budaya itu sebuah mahkluk yang bisa berbicara, dia akan protes, akan menerima kalau di klaim oleh Negara sebelah. Karena dinegara sebelah lebih dihargai dari pada di Negara asalnya.
Bagaimana tidak? Coba lihat Tizar Purbaya, seorang dalang lenong betawi yang tak dapat job dalam ulang tahun Jakarta? Miris kan? itukah semangat untuk melestarikan budaya. Justru diluar negeri dia banyak mendapat undangan. Dalam negeri yang mencak mencak, tapi tak mau untuk melestarikan. Ini seperti orang sakit. Keluarganya sudah tidak peduli, tapi orang lain peduli. Ketika orang sakit itu diangkat sebagai anak atau bagian dari keluarganya. Keluarga orang sakit ini mencak mencak. Itukah kepedulian kita sebagai anak bangsa yang menjaga budayanya sendiri. Menjaga budaya sendiri itu mudah. Semudah kamu berbahasa daerahmu sendiri. Banggalah kamu berbahasa daerahmu. Kemudian banggalah kamu ketika didekat rumahmu masih ada tanggapan ludruk, janger, tari tarian daerah. Ini tugas kita sebagai penerus bangsa, sebagai pemuda. Bagaimana mengemas budaya kita menjadi budaya yang disukai oleh anak muda – kalau orang tua mengikuti, terpenting adalah anak muda yang sudah mulai meninggalkan budayanya- . Saya pribadi mengapresiasi Televisi masa kini NET, dengan adanya program bukan sekedar wayang sedikit banyak memberikan ruang untuk budaya yang sudah tergerus oleh budaya Luar ( india, korea, arab, dll). Tampilkan budayamu sendiri. Kemudian Banggalah.
Ah, mas rahmadinata Cuma bisa berkata kata. Mana buktinya cinta budaya? Saya sudah melestarikan budaya saya sebagai orang using. Meskipun saya tak lahir di kota using namun secara administratif saya lahir di banyuwangi. Jadi beginii ceritanya saya lahir dimalang, kota kelahiran orang tua saya.namun secara akte kelahiran saya lahir di banyuwangi karena dulu saya setelah lahir langsung dibawa ke banyuwangi. Karena dulu tidak ada sistem informasi yang online jadi saya tercatat lahir di banyuwangi. Tak masalah, awalnya sih iri dengan almarhum kakak. Kok aku lahir di banyuwangi? Tapi setelah beranjak dewasa saya tak iri, justru bangga. Saya lebih bangga disebut dengan orang banyuwngi dengan identitas usingnya. Setiap saya bertemu dengan teman, orang dan itu orang banyuwangi pasti saya ajak berbahasa using. Entah itu di banyuwangi atau di luar banyuwangi. Itulah cara sederhana saya meletarikan budaya saya. Tentu saya boleh dong mencak mencak jika budaya saya diklaim asing? Sisakan sedikit ruang untuk Indonesia dihati kita. Cukup pemerintah saja yang impor banyak untuk bangsa ini. Mari kita bangga dengan budaya kita. Jangan ikut impor. Sekali lagi, kalau bukan kita siapa lagi? Oh ya, kalau saya punya anak nanti, saya akan ajari anak saya berbahasa daerah. Karena bahasa Indonesia sudah di ajari di sekolahan. Setelah fasih berbahasa daerah baru kita kenalkan dengan bahasa luar. Kalau sudah punya basic dengan budayanya sendiri, ,maka saya kenalkan dengan budaya luar, dan bahasa luar. Tapi bahasa ibunya harus bahasa daerah. Itulah bentuk nasionalisme saya. Mungkin yang perlu dilestarikan adalah orang yang melestarikan budayanya sendiri.
Comments are closed