Peka merupakan tingkat sensitivitas seseorang dalam merespon setiap perubahan. Tuhan kadang banyak memberikan kode namun manusia kadang tak menangkap itu. Tak jarang melalui masalah, manusia dapat belajar dan menemukan hakikat keberadaan dirinya. Menjadi makhluk sosial yang saling bersinergi membangun peradaban. Perbedaan tipe masyarakat tentu berbeda juga dalam merespon masalah. Masyarakat yang sadar, akan selalu bergerak cepat, berkolaborasi, ketika masalah timbul. Namun, yang menjadi masalah adalah ketika masyarakat menjadi apatis, fokus pada diri sendiri, dan tak mau bersinergi. Masalah yang terjadi pada mereka yang apatis mengharuskan ada seseorang atau kelompok yang peka dan kemudian berbenah. Bukankah Tuhan memang menciptakan semua berpasangan, hanya saja yakinlah bahwa kebenaran akan selalu mendapatkan porsinya untuk menang.
Masalah sosial erat sekali hubungannya dengan kepekaan sosial. Kepekaan sosial seseorang akan terus tumbuh, artinya seseorang yang dikatakan tidak peka, bisa jadi dikemudian hari melalui perjalanan hidupnya berubah menjadi pribadi yang peka. Sebaliknya, bisa jadi orang yang peka menjelma menjadi pribadi yang paling apatis di dunia. Kepekaan yang terus tumbuh mengindikasikan bahwa proses belajar dapat terus dilakukan. Kepekaan sosial seseorang dapat muncul dan terus tumbuh melalui dua hal, yaitu perjalanan hidup dan kepercayaan. Melalui perjalanan hidup yang panjang, jatuh-bangun, terseok, bahagia adalah warna indah yang selalu dirasakan. Seseorang yang mengalami perjalanan dari merangkak lantas bangkit (from zero to hero) akan memiliki tingkat kepekaan tinggi. Jika butuh bukti, maka lihatlah dalam acara reality show di beberapa TV. Acara tersebut banyak memberikan gambaran bahwa ternyata orang-orang yang termarjinalkan secara ekonomi malah justru lebih peka dibanding mereka yang hidupnya lebih beruntung. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa mereka yang beruntung justru lebih peka karena mengalami perjalanan hidup yang luar biasa. Hal semacam ini dimungkinkan , baik bagi yang termaljinalkan atau tidak, meningkat kepekaannya karena lingkungan sosial dimana ia berada. Lingkungan sosial menjadi vital perannya dalam membentuk kepribadian seseorang terutama lingkungan keluarga.
Selanjutnya, kepekaan sosial dapat diperoleh dari kepercayaan (trust). Trust is the foundation of love. Kepercayaan seseorang akan perubahan sosial menuju kearah yang lebih baik merupakan kuncinya. Bagaimana kepekaan itu datang lalu berujung pada aksi, jika tidak ada kepercayaan tentang adanya hari esok yang lebih baik. Optimisme merupakan modal penting. Kepekaan seseorang akan terus tumbuh manakala ia semakin percaya bahwa sesuatu dapat berubah kearah yang lebih baik melalui peran-peran kecil yang selalu di hidup-hidupkan. Kepekaan sosial akan tereduksi, ketika seseorang telah pesimis tentang perubahan. Ia sudah kalah sebelum berjuang, pecundang.
Setelah mengetahui dari mana kepekaan itu muncul dan tumbuh, maka selanjutnya adalah tentang bagaimana melatih dan meningkatkan kepekaan tersebut. Berbagai media dan wadah untuk hal tersebut sangat banyak dijumpai disekitar kita. Bergabung dalam organisasi/komunnitas yang bergerak dalam bidang-bidang sosial tentu menjadi alternatif pilihan. Sebut saja rumah baca misalnya, berbagai kegiatan yang dilakukan dirumah baca, seperti bakti sosial, outdoor learning, dan game mampu menumbuhkan kepekaan sosial. Berjejaring dengan mereka yang memiliki kepekaan tinggi tentu akan membawa seseorang untuk melakukan hal yang sama.
Saat ini, rumah baca tidak hanya tentang pinjam-meminjam buku, berbagai inovasi dari relawan pengelola menjadikan rumah baca memang benar-benar menjadi pusat edukasi alternatif. Ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa adalah visinya, kepekaan sosial yang meningkat adalah satu dari sekian efek positifnya. Peka bukan milik mereka yang “berada”, Peka juga bukan milik mereka yang nelangsa, tapi peka milik mereka yang masih hidup hatinya. Peka terhadap perubahan akan membawamu melihat realitas bukan dari sudut positifnya saja, tapi juga dari sudut pandang yang kadang orang lain sulit menangkapnya. Peka juga bukan tentang memberi sesuap nasi, apalagi uang. Peka lebih pada memberi asa dan nyala agar sekitarmu jauh lebih berjaya dan berdaya.
___________________________________________
Dosen, Pengelola Rumah Baca Arkara, dan pengurus rumah literasi indonesia
Comments are closed