Sungguh tidak mudah mengelola rumah baca. Apalagi rumah baca yang dikelola sendiri. Rumah baca adalah rumah ilmu. Rumah baca tempat bertumbuh nya ilmu dimana para penghuninya mencintai menuntut ilmu. Rumah yang para pengelolanya banyak melakukan inovasi dalam menghidupkan dan mengkampanyekan baca di lingkungan sekitar. Apalagi perkembangan literasi hari ini sangat mengalami banyak percepatan atau perkembangan bentuk-bentuknya. Jika para pegiat literasi dirumah baca tidak berupaya membekali diri dengan ilmu-ilmu tentang perkembangan literasi, perkembangan minat baca dan daya baca generasi hari ini, maka rumah baca hanya sekedar Rumah baca dalam bentuk fisik.

Namun di Rumah Literasi Banyuwangi yang kami bangun adalah manusianya. Relawan atau pegiat Literasi dinaikkan kapasitasnya sebagai relawan dengan cara mengikuti program upgrading relawan. Para relawan belajar tentang apa dan bagaimana literasi, pengelolaan rumah baca secara kreatif hingga bagaimana cara survive sebagai relawan dan menjaga konsistensi Rumah bacanya.

Apa yang membuat rumah baca dan relawan pengelolanya istiqomah dan sustainable? Berangkat dari pengalaman tiga tahun ini, kami bagi beberapa rahasianya sebagai berikut :

1. Niat.

Di Rumah LIterasi Banyuwangi, niat adalah syarat utama seseorang mendirikan rumah baca. Niat sangatlah penting. Karena niat seperti nyala cahaya dalam ruang gelap. Jika kau punya niat berarti kau punya alasan mengapa kau akan melakukan kegiatan mengelola rumah baca.

2. Relawan.

Mendirikan rumah baca harus memiliki relawan atau yang mengelola rumah bacanya. Rumah baca tanpa relawan hampa terasa. Relawan adalah sumber daya manusia yang akan menggunakan seluruh tenaga dan pikirannya untuk berpikir kreatif dan inovatif. Karena rumah baca harus terus tumbuh, maka perlu orang yang kreatif untuk menanganinya.

3. Ruang/Lokasi

Lokasi rumah baca sangat penting. Ia bisa berupa rumah, pelataran rumah, garasi atau bekas warung bisa digunakan untuk wadah pengunjung rumah baca beraktivitas.

 

4. Kegiatan/Aktivitas

Kegiatan atau jadwal yang dibuat bersama-sama antara pengelola (relawan) dan anak-anak (pengunjung tetap) rumah baca.

5. Buku

Buku adalah unsur paling penting dalam kampanye baca di rumah baca, meski bukan yang utama. Karena memulai rumah baca tak mesti harus dengan buku. Mulailah membuat rumah baca dengan apa yang kamu bisa. Jika yang kamu punya hobi. Maka mulailah dengan hobimu. Contoh, kamu suka menari, melukis, memasak dll, ajak anak-anak sekitar target pengunjung rumah baca untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan hobi mereka.

6. Kolaborasi

Kolaborasi dalam mengelola rumah baca tak terelakkan. Dengan kolaborasi kamu tidak akan kehabisan Ide dalam mengelolanya.

7. Cita-cita terus tumbuh
Pegiat literasi (relawan) harus dapat menumbuhkan mimpi atau cita-citanya.

8. Tidak pernah berhenti (never give up)
Jangan berhenti berbuat baik.

 

Tiga tahun mengkampanyekan gerakan seribu rumah baca bak menjelma perjalanan spiritual. Perjalanan seorang hamba yang terus mencoba berusaha meyakini jalannya menjadi manusia yang bermanfaat. Banyak cerita, suka duka mengistiqomahkan pikiran dan hati para relawannya.

 

___________________________________________

NURUL HIKMAH

Co founder Rumah literasi banyuwangi, Pengelola Rumah Baca sahabat kecil ketapang, pengajar di PAUD sahabat Kecil, dan relawan rumah literasi indonesia

Comments are closed