Social media itu pencetak generasi yg reaktif. Sifatnya kekinian. Ada suatu masalah, ramai ramai pada membicarakan masalah tersebut. caci, maki, bully. Semakin kita kesini akankah dididik untuk bersifat reaktif?
Hari ini tak ada lagi pikiran positif. yang tersisa hanyalah berfikir negatif kepada orang, berfikir curiga. “Jangan jangan“.
muda, tua, anak2, orang tua yg saya liat di social media, selalu reaktif. Tanpa tabbayun terlebih dahulu. bayangkan jika hal ini terjadi pada anak anak yg memiliki masa depan. Anak anak bakalan dididik untuk membully, memukul (bukan fisik, tp psikis), menyudutkan seseorang. orangtua pun demikian
Jangan heran. Jika ada pemberitaan pemukulan dilakukan oleh anak anak, pemukulan oleh org tua.
semua karena pendidikan? Ya. sikap anak saat ini adalah buah dari pembelajaran, pendidikan yg lalu.
PENDIDIKANNYA di social media, RUMAHNYA di televisi yg notabene isinya kebanyakan sampah. FIGURNYA tukang pukul.
COCOK
Anak anak skrg sudah krisis figur, krisis pendidikan, tak punya tempat tinggal yg nyaman.
Masih mau belajar sesuatu (apapun, agama dll) pada social media? Yg kadang diplintir, dibelokkan untuk pembenaran statmentnya?
Belajarlah pada guru yg benar benar pendidik. Gunakan social media untuk sesuatu yg positif. jika mendapat suatu pesan, jangan buru buru ‘LATAH‘ Membagikan, olah dulu. Stepnya:
- BENARKAH? lanjut ke no 2, jika tidak langsung ke nomor 4.
- BERMANFAATKAH? lanjut ke nomor 3. jika tidak ke nomor 4.
- BAGIKAN
- BIARKAN
Berhenti menjadi reaktif terhadap sesuatu, alangkah baiknya menjadi preventif. Melihat sesuatu itu untuk pelajaran bukan ikut ikutan untuk memojokkan.
Jika kita dididik seperti ini terus, selamanya kita akan menjadi bangsa yg REAKTIF. REAKTIF jika ada bencana, bukan PREVENTIF terhadap bencana. REAKTIF jika budaya indonesia di curi, bukan PREVENTIF.
semoga indonesia lebih baik lagi dari sekarang. Aamiin.
NB:
PREVENTIF (SIKAP pencegahan terhadap suatu masalah)
REAKTIF (reaksi yg ditimbulkan jika hanya ada aksi/pemicu)
Comments are closed