Mengkampanyekan budaya literasi tak melulu harus melalui buku. Seperti yang dilakukan relawan Rumah Literasi Indonesia, yaitu dengan cara keliling nonton bareng, baik ke seluruh jaringan rumah baca yang telah bergabung dengan Rumah Literasi Indonesia maupun undangan komuintas, kelompok masyarakat, instansi swasta maupun instansi pemerintah.
Acara nonton bareng ini dilakukan sebagai bentuk silaturahmi ke jaringan rumah baca yang selama ini bekerjasama dalam ggerakan literasi serta memberi dukungan kepada pengelola agar tetap bisa sustain untuk mengajak anak-anak sekitar belajar dan bermain. Termasuk sebagai upaya kampanye kepada masyarakat tentang pentingnya budaya membaca.
Film yang di putar adalah karya Sutradara, Faisal Riza yang berjudul “Jejak Kecil Kayla”. Sebuah film yang diangkat dari kisah nyata perjalanan pasangan suami istri, Samsul Hadi dan Sriyatin dalam merawat anak yang diadopsi dan mengalami tunadaksa dan tunarungu. Kayla, anak yang saat ini duduk di bangku sekolah dasar sempat dilarang sekolah oleh Samsul Hadi sang ayah tiri. Ia tidak tega melihat Kayla yang sering mendapatkan bullying oleh masyarakat sekitar. Hal ini yang menyebabkan ia khawatir untuk menyekolahkan Kayla.
Berkat bimbingan sang ibu dan motivasi dari beberapa teman-temannya, akhirnya Kayla diijinkan bersekolah dengan syarat diawasi dan dijaga dengan baik. Saat ini Kayla semakin ceria dan semangat untuk bersekolah karena ia memiliki banyak teman baru. Bahkan Kayla sangat aktif untuk mengikuti kelas teater dan drama yang dilatih oleh guru-guru SLB Kalipuro bekerjasama dengan Negri Dongeng Performance Institute.
Ditemui saat-saat beraktifitas, Faisal Riza sang sutradara menyampaikan bahwa film adalah media yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan kepada mesyarakat. Film yang ia produksi berkat kerja barengan beberapa pihak ini mendapat respon yang positif. Karena baru 5 hari diunggah di youtube sudah ada sekiat 3000 viewer.
“Saat ini film yang bertema tentang pendidikan masih sangat sedikit, apalagi saat ini kita tahu bahwa budaya baca anak-anak masih rendah. Melalui film ini, saya dan pegiat literasi punya metode yang afektif untuk membuat lingkaran diskusi sehingga mampu menumbuhkan kesadaran kritis mereka yang mengikuti acara nonton bareng keliling rumah baca”, jelas Faisal Riza
Terkait dengan kondisi film anak-anak di Indonesia, Faisal mengakui memang saat ini ada tren yang tidak terlalu menggembirakan di tengah banyaknya produksi film Indonesia yang cenderung kurang mendidik dan mengutamakan sensasi seperti cerita horor dan kisah remeh-temeh yang tidak mendidik.
“Diakui atau tidak, permintaan pasar sehingga film-film bermutu tentang sejarah atau hal-hal lain yang mendidik kurang mendapat apresiasi oleh rumah produksi. Inilih yang menjadi keprihatinan saya dan teman-teman. Anak-anak seringkali terpapar film yang tidak mendidik,” jelasnya.
Selanjutnya, selain sibuk berkeliling untuk mengadakan nonton bareng, Faisal rencananya akan membuat film yang masi bertema tentang pendidikan. Ia akan mengangkat kiash nyata seorang anak Punk yang berjuang mengikis stigma dengan mendedikasikan dirinya berkaya dalam misi kemanusiaan. Salah satunya ikut terlibat dalam menginisiasi rumah baca bagi masyarakat serta ia masih aktif mengajar ngaji. Film ini akan rilis akhir bulan April atau paling lambat awal Mei 2018.
Nah bagi kalian yang penasaran untuk membuat lingkaran diskusi pendidikan bersama Rumah Literasi Indonesia yang dikemas dengan agenda nonton bareng. Bisa langsung kunjungi Fans Page kami di Facebook atau bisa via WA untuk mengundang kedatang kami.
Kontak Person : 085293436081 / Faisal
Comments are closed