Anda tentu merasakan betul bagaimana perubahan dan perbedaan antara generasi zaman old dan zaman now. Perbedaan dan perubahan inilah yang kemudian memunculkan masalah baru tentang bagaimana menjadi atau bahkan menyesuaikan diri dengan generasi modern ini. Generasi dapat dibagi menjadi dua generasi, yaitu Generasi yang lahir pada tahun 1980-2000 disebut generasi X. sedangkan generasi yang lahir setelah tahun 2000 disebut generasi Z. Generasi X merupakan generasi yang merasakan peralihan dimana iptek mulai mendukung proses belajar. Generasi sekarang yang disebut generasi Z inilah yang mengalami perkembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa. Dengan demikian, mereka yang disebut Generasi X harus selalu belajar untuk membangun generasi Z selanjutnya. Tanpa belajar, tidak mungkin generasi X dapat menjadi pembelajar bagi generasi Z.
Bagi para relawan, menghadapi generasi Z tentu dialami mereka. Karena merekalah yang bergerak di lingkup kecil masyarakat. Namun, tentu jangan terlalu pesimis dengan generasi Z. Dengan lingkungan yang kondusif, tak menutup kemungkinan generasi Z adalah generasi terbaik. Artikel ini akan memberikan solusi tentang bagaimana menjadi relawan tangguh dalam menghadapi generasi Z. Berikut nilai-nilai dasar yang harus dimiliki relawan dalam menghadapi segala tantangan:
Jadikan semua orang sebagai panutan
Tak perlu disanksikan lagi, kekurangan generasi saat ini adalah pada sosok panutan. Seperti kata Ki Hajar Dewantara, “Jadikan setiap orang yang ditemui sebagai guru, dan setiap tempat adalah kelas”. Sebelum banyak bicara tentang generasi Z, maka jadilah pribadi panutan. Menjadi panutan tentu tidak harus menjadi sosok yang luar biasa. Hal-hal sekecil apapun jika mampu menginspirasi semua orang menuju kearah yang positif tentu lebih efektif daripada mencoba menjadi luar biasa yang kadang belum mampu untuk kearah sana.
Mendiamkan suatu kesalahan adalah cara paling sopan mengatakan itu “Benar”
Ini adalah kebiasaan buruk. Misal kita melihat sesuatu yang salah lantas begitu saja membiarkannya, itu artinya kita membenarkan yang sedang terjadi. Jika selama ini kita beranggapan bahwa kesalahan yang dilakukan orang lain tidak berdampak pada diri kita, maka itu anggapan yang keliru. Misalnya, ketika kita membiarkan remaja disekitar kita berperilaku tidak baik, maka bersiaplah anak atau keluarga kita juga memiliki kesempatan untuk terpengaruh lingkungannya. Artinya, investasi kebaikan kepada lingkungan merupakan investasi terbaik untuk anak cucu.
Fokus kepada kualitas manusia
Teori saja tidak cukup, tetapi butuh aksi. Setelah aksi sudah dilakukan, maka selanjutnya adalah inovasi. Berikutnya adalah Akselerasi (penambahan personil). Pembangunan fisik tentu akan mudah dimakan usia, namun pembangunan kualitas akan mampu merubah tidak hanya lingkungan, tapi juga peradaban. Semua murid, semua Guru. Tak perlu malu untuk belajar pada siapapun, karena keilmuan tidak diukur dari usia.
Mewujudkan mimpi “1000 rumah baca”
Ini bukan sekedar mimpi tapi simbol bahwa gerakan literasi ini massive dan membuktikan bahwa masyarakat percaya bahwa dunia literasi yang dapat menjawab tantangan zaman. Trust is The Foundation of Love. Percaya tentang perubahan sosial melalui rumah baca adalah dasar dari gerakan kerelawanan. 1000 rumah baca bukan tentang angka tapi tentang semangat perubahan. Jika memilih jalan hidup sebagai relawan , tentu percaya bahwa literasi merupakan kunci dari segala kunci perubahan.
Keempat nilai dasar itulah yang harus dimiliki oleh para relawan. Sehingga benar memang jikalau relawan kemudian disebut “Mantu Idaman”. Dunia saat ini sebenarnya sudah memiliki banyak orang-orang pintar, namun sedikit orang yang peduli. Dunia saat ini juga sebenarnya sudah penuh sesak dengan orang-orang yang melangit, namun kurang stok yang membumi. Namun, relawan bukan manusia sempurna, ia juga punya salah, ia juga perlu refleksi diri, terus belajar, karena menjadi relawan apa adanya itu membosankan. Tak jarang juga, masalah internal dan eksternal harus hadir agar mereka naik kelas. Kalau sudah demikian, masihkah ingin jadi relawan? Apa jadi relawan itu berat seperti rindu?
___________________________________________
Dosen, Pengelola Rumah Baca Arkara, dan pengurus rumah literasi indonesia
Comments are closed