Tak ada satupun wilayah yang bebas dari sampah sebab setiap manusia sejatinya setiap hari selalu menghasilkan sampah. Contoh sehari-hari yang bisa kita lihat adalah sampah yang dihasilkan dari dapur rumah tangga. Mulai dari sampah organik hingga sampah yang berasal dari bahan plastik.

Jika sampah di setiap rumah tangga tidak dikelola dengan baik, bisa dipastikan urusan sampah di lingkungan akan menjadi persoalan panjang. Kebiasan membuang sampah adalah keterampilan yang paling primitif dan sudah menjadi habit bagi kebanyakan warga.

Di Desa Ketapang contohnya, masih kita temukan banyak tumpukan sampah plastic yang mewarnai bibir sungai. Lebih menyedihkan lagi ketika kita menyambangi muara, beragam jenis sampah tersangkut di muara, jika airnya sedikit deras sampah tersebut terseret menuju ke laut.

Melihat kondisi faktual tersebut, Pemerintah Desa Ketapang berkomitmen untuk menjadikan isu pengelolaan sampah ini sebagai salah satu program prioritas. Kabarnya, Pemerintah Desa bakal menyiapkan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) yang akan mengkover 5 dusun yang ada di Desa Ketapang.

H. Slamet Utomo, selaku Kepala Desa Ketapang menyambut antusias upaya PT. Pertamina yang berkolaborasi dengan para kader lingkungan baik dari PKK, Karang Taruna, Tokoh Masyarakat dan Pegiat Literasi untuk bergotong-royong mengembangkan upaya yang sistematis dalam menanggulangi persoalan sampah saat ini.

“Mengelola sampah memang sudah seharusnya dimulai dari rumah tangga. Karena syarat penting yang menjadi kunci utama mengatasi persoalan sampah adalah tentang kesadaran dan cara berfikir warga. Tanpa dua hal ini, saya percaya sampah akan terus dibuang ke sungai danlaut oleh warga”, tegas Slamet Utomo saat memberi arahan dan membuka acara pelatiah daur ulang.

Kehadiran Integrated Terminal Manager Tanjungwangi (PT. Pertamina) untuk berkolaborasi dengan kelompok warga menjadi stimulus dan pematik dengan tujuan menjadikan Desa Ketapang sebagai tujuan wisata berbasis pendidikan. Melalui inisiasi ekowisata, Pertamina akan membantu mengembangakan potensi lokal yang ada melalui program CSR (Corporate Social Responsibility).

Atsani, Bidang CSR Integrated Terminal Manager Tanjungwangi mengapresiasi prakarsa warga yang selama ini terlibat untuk mengembangkan potensi lokal desanya. Apalagi keberadaan rumah baca yang dikelola Rumah Literasi Indonesia ini bisa menjadi ruang pengembangan bakat dan minat warganya.

“Sudah ada modal sosial yang menjadi sumber kekuatan utama dalam membanguan ekowisata. Untuk itu kami akan bertahap mendampingi kelompok warga, selain menumbuhkan kesadaran untuk peduli lingkungan, warga harus bisa meningkatkan kesejahteraannya dengan mengelola sampah menjadi produk yang bernilai”, ungkap Atsani saat memberi arahan kepada peserta pelatihan.

Selama dua hari, warga dibekali wawasan dan keterampilan tentang pengolahan sampah kering khususnya berbahan plastik. Didatangkan Pertamina dari Kota Surabaya, Risnani Pudji Rahayu melihat ada banyak potensi lokal yang bisa dimanfaatkan warga untuk menghasilkan produk yang ramah lingkungan.

“Mendengar kata Ketapang, saya jadi ingat pohon tersebut. Disini harus ditanam kembali, sebab lewat pohon tersebut tak hanya membuat lingkungan teduh, tapi daunnya bisa digunakan sebagai pewarna alami”, ungkap Risnani Pudji Rahayu yang akrab dipanggil Riris.

#

Comments are closed