Forum Taman Baca Masyarakat (FTBM) Banyuwangi menggelar agenda Safari Literasi di awal tahun 2020. Bertempat di Rumah Literasi Indonesia, puluhan pengelola taman baca belajar bersama dengan mengangkat tema “Mengembangkan Wirausaha Sosial di Rumah Baca” .
Hadir membuka acara sekaligus menjadi Keynote Speaker, Dra. Nuriyatus Sholeha MPd., selaku Kepala Bidang Pendidikan Masyarakat di Dinas Pendidikan Banyuwangi. Beliau mengapresiasi agenda para penggerak taman baca yang selama ini berkontribusi untuk peningkatan budaya baca di masyarakat.
“Membangun kerberlanjutan di bidang literasi dibutuhkan upaya kerjasama. Agar sesama penggerak bisa saling belajar bagaimana inovasi dan kreativitas yang sudah dilakukan beberapa pengelola taman baca yang bergerak dan memberi dampak bagi warga”, ungkap Nuriyatus
Lebih lanjut Nuriyatus berpesan, kehadiran taman baca
tidak hanya sebatas mengelola buku bacaan semata. Menurutnya yang lebih penting
adalah terciptanya ekosistem belajar sepanjang hayat sehingga selain wawasan
warga bertambah, kesejahteraan juga harus ikut meningkat melalui pengembangan
sektor ekonomi.
Dimoderatori langsung oleh Ketua FTBM, Ruslan Wahyu Tomo,
acara studi tiru kali ini sengaja mengangkat tentang pentingnya pengembangan
wirausaha di taman baca agar para pengelola bisa mengembangkan sumber belajar
yang beragam dengan semangat wirausaha.
Lokasi safari pertama yang sudah menjadi agenda tahun 2020 oleh FRBM Banyuwangi bertempat di Rumah Literasi Indonesia. Selanjutnya, safari literasi akan bersilaturahmi ke beberapa taman baca dengan mengangkat beragam tema.
Tunggul Harwanto , selaku CEO Rumah Literasi Indonesia dalam agenda safari literasi berbagi pengalaman praktis tentang kerja kolaborasi dengan berbagai pihak agar rumah baca memiliki unit wirausaha yang produktif sehingga mampu menghasilkan dampak sosial yang lebih besar khususnya dalam peningkatan wawasan dan keterampilan warga.
Beranggota lebih dari 50 taman baca, Rumah Literasi Indoensia saat ini telah mengembangkan wirausaha social di berbagai bidang. Diantaranya paket Wisata Literasi, Rumah Produksi, Mercendise Literasi, Streetshop, Ecopreneur sampai bisnis Jasa Konsultan.
“Taman baca harus beradaptasi dengan kondisi zaman. Saat ini milenial punya cara sendiri untuk bisa berkontribusi bagi lingkungan sekitar. Menariknya mereka punya cara-cara baru untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pengembangan budaya literasi”, ungkap Tunggul.
Melalui wirausaha social, Rumah Literasi Indonesia saat ini telah menjadi lembaga mitra tidak hanya oleh pemerintah, namun juga sempat dengan perusahaan international, seperti Alibaba Foundation. Perusahaan besutan Jack Ma ini sempat menggandeng Rumah Literasi Indonesia untuk membagikan 10.000 eksemplar buku anak-anak ke seluruh anggota jejaringnya.
Comments are closed