Melihat budaya literasi masyarakat yang tergolong masih rendah, komunitas TakTakut.ID cabang Banyuwangi menggelar Temu Karya Peminat Baca (TPB) di Kantor Balai Desa Ketapang. Kegiatan yang pertama kali di laksanakan di Banyuwangi ini mendapat sambutan antusias dari para peminat baca dan pegiat literasi di Tanah Gandrung ini.

Dalam kegiatan tersebut, TakTakut.ID berkolaborasi dengan Rumah Literasi Indonesia (RLI) dan Lesbumi PCNU Banyuwangi. Serta event ini disambut baik oleh Kepala Desa Ketapang yang dalam hal ini menjadi tuan rumah dari event yang mengundang para pegiat literasi di Banyuwangi.

CEO TakTakut.ID, Immarita Dinar F. menjelaskan bahwa ini adalah kegiatan TPB Perdana berkolaborasi dengan beberapa lembaga yang selama ini konsen dalam kampanye literasi di masyarakat. Perempuan yang telah menunaikan kuliah S1 ini merasa senang bisa mengajak Rumah Literasi Indonesia dalam mensupport penyelenggaraan TPB ini. Terlebih sudah ada puluhan rumah baca yang bersinergi dengan Rumah Literasi Indonesia.

“Meskipun saat ini saya sebagai CEO dan relawan TakTakut.ID hanya sendirian, saya sangat percaya bisa bertemu dengan orang-orang baru lagi untuk menjadi teman berdiskusi. Saya percaya dengan TPB ini kita bisa mendapat banyak ide-ide kreatif maupun hal inspiratif melalui buku sebagai sumber belajar ”, Jelas perempuan asli Banyuwangi yang akan melanjutkan studi S2 nya di Kota Pahlawan.

Ada tiga penulis yang menjadi pembicara di TPB perdana ini. Pertama, Faiz Zhatur Rosida, Penulis Buku “ “Biji Pohon Pinus” yang juga menjadi relawan di Rumah Literasi Indonesia. Dia juga aktif mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) Matahati. Kedua, Puguh Phaloepi, Laki-laki yang lahir di kota gandrung ini adalah penulis dan bloger. Ia sangat aktif di media sosial Twitter. Tulisannya sudah sering di muat baik di media cetak maupun elektronik. Pembicara Ketiga, Taufiq WR Hidayat, laki-laki yang berdomisili di Muncar ini adalah budayawan dan penulis. Ia sudah merilis 13 Buku, dan dalam kesempatan di TPB ini, Taufiq WR khusus membedah buku “Serat Kiyai Sutara”.

Setiap pembicara diberikan kesempatan 30 menit untuk memaparkan materi tentang buku yang ditulis maupun yang dibaca. Setelah itu peserta TPB diberikan kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi dipandu oleh moderator. Diskusi berlajan cukup antusias, sebab peserta yang hadir memang banyak dari mereka yang senang membaca dan menulis, sehingga diskusi berjalan sangat cair. Tak hanya mendapat pembelajaran dari pemateri, sebab peserta juga dapat memberikan masukan dan praktik baiknya kepada semua yang hadir di TPB.

Setelah proses diskusi, peserta juga diajak praktik langsung (Role Play) dengan diberikan tantangan untuk menulis minimal 1 bait puisi dengan batas waktu 3 menit. Lalu, peserta diundang maju ke depan untuk membacakan puisinya. Terakhir acara di tutup oleh penampilan musikalisasi oleh Laci Kecil featuring Dinar  membawakan salah puisi yang ditulis di buku “Biji Pohon Pinus”. Tak ketinggalan, Taufiq WR juga sempat membuat peserta terhipnotis asta penampilan musikalisasinya dengan mebawakan puisi karya WS Rendra.

Rencananya TPB ini akan dirutinkan setiap bulan dengan tema yang beragam. Founder Rumah Literasi Indonesia, Tunggul Harwanto menegaskan bahwa ia siap mendukung kerja kolaborasi serta berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan dengan cara melibatkan para relawan baik yang mengelola rumah baca maupun mereka yang aktif di organisasi.

“Literasi bisa dikampenyekan dengan banyak cara. Salah satunya dengan menjaga konsistensi lingekaran diskusi. TPB bisa menjadi momentum untuk mengajak lebih banyak lagi komunitas yang selama ini bergerak di berbagai isu. Sebab, literasi tak hanya berkaitan dengan mengkoleksi buku saja.” , ungkap Tunggul.

#

Comments are closed