Selain keunggulan di bidang pelayanan public melalui program Smart Kampung, Desa Ketapang juga memiliki asset Sumber Daya Alam berupa hutan yang sangat kaya. Terletak di dusun Pancoran, sekitar 5 km dari kantor desa menuju ke arah barat. Sebuah lokasi perbukitan yang menyimpan sejuta pesona alam. Tak hanaya dimanjakan oleh pemandangan indah laut selat bali serta Pulau Dewata, pengunjung yang datang bisa dengan leluasa menikmati matahari terbit dari ufuk timur.

Melihat potensi yang begitu besar, pergiat literasi dan pemuda di Dusun Pancoran mencoba untuk menjalin kerjasama dengan Lembaga Masyarakat hutan Desa (LMDH) Wono Lestari dan Perhutani. Kerjasmaa tersebut berupa pemanfaatan hutan desa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Tak hanya LMDH Wono Lestari yang ikut mengelola hutan tersebut, turut bergabung juga LMDH Rukun Makmur dan Pokdarwis Kalipuro dalam mengelola hutan desa yang letaknya sangat strategis. Sebab, akses untuk menuju lokasi hutan, pengunjung bisa milihi 2 jalur masuk. Pertama, bisa lewat Kelurahan Kalipuro kemudian masuk di Desa Paprinf. Yang kedua, bisa lewat Dusun Pancoran yang jalannya sangat pas untuk mereka yang berjiwa petualang.

Sekretaris LMDH, Suwitnyo menjelaskan bahwa hutan desa di Ketapang perlu dikelola dengan baik oleh kelompok masyarakat agar warga di sekitar hutan tidak hanya memanfaatkan hasil tanaman saja, tapi yang lebih penting bagaimana semua asset yang ada di sekitar hutan bisa memberi manfaat juga bagi semua masyarakat yang berkunjung ke hutan tersebut.

“Sudah saatnya warga sekitar mengelola dengan baik hutan yang ada. Syaratnya mereka perlu menjalin kerjasama dengan banyak pihak agar pengelolaannya lebih memberikan dampak yang baik untuk warga dan pengunjung. Perhutan dan LMDH akan menjadi fasilitator dalam mengembangakn pemanfaatan hutan yang saat ini dikelola oelh konsorsium. Yaitum gabungan dari beberapa lembaga dan komunitas di masyarakat”, ungkap Suwitnyo yang menjadi Sekretaris LMDH sekaligus sebagai Pembina di konsorsium.

Lokasi hutan yang diberi naman Bukit Sewu Sambangan ini akan dikonsep menjadi wisata literasi. Sejenis paket kunjungan atau perjalanan yang menggabungkan antara piknik dan pendidikan. Bukan saja menghadirkan keistimewaan Sumber Daya (alam dan sosial) lokal, namun juga memposisikan asset-asset tersebut jadi bahan pembelajaran yang bermutu.

Pegiat Literasi, Fawaid mengungkapkan bahwa keberadan rumah baca di lokasi dekat hutan akan membuat konten wisata lebih memberikan manfaat bagi pengunjung. Pengunjung yang datang tak hanya untuk foto selfie tapi ada konten belajar yang bisa didapat dari keberadaan rumah baca.

“Wisata dan Pendidikan adalah elemen yang ingin kami kolaborasikan. Jadi pengunjung datang dengan senang hati, ketika pulang mereka mendapat inspirasi”, jelas Fawaid, pemuda yang juga sebagai pengelola Rumah Baca Pancoran.

Harapannya tahun depan, Wisata Literasi ini akan ditarget mendatangkan pengunjung yang benar-benar inign belajar melalui paket wisata pendidikan. Konten pembelajaran tematik akan memberikan pengalaman baru tentang cara berwisata di Banyuwangi. Sebab sudah banyak wahana wisata yang pengunjungnya hanya bisa menikmati keindahan alam saja tanpa mendapat inspirasi setelah pulang.

 

#

Comments are closed