Penulis : Mohammad Hasyim

       Ketika  Perguruan Tinggi hadir sebagai satu-satunya institusi  yang memberikan layanan jasa pendidikan,dipastikan tidak akan pernah mengalami problem  persaingan. Persoalanya menjadi lain, tatkala  beberapa Perguruan Tinggi  bermunculan di suatu daerah. Problem persaingan akan timbul dan mau tidak mau, suka tidak suka harus dihadapi oleh setiap Perguruan Tinggi tersebut,baik yang baru berdiri maupun yang  telah lama  beroperasi. Bagi Perguruan Tinggi yang mampu menghadirkan dan/ atau  memberikan  layanan pendidikan  bermutu,dipastikan akan tetap  eksis, sebaliknya yang abai  terhadap pemberian layanan pendidikan yang bermutu perlahan akan surut dan bahkan bangkrut.

         Sebagai penyelenggara layanan  jasa pendidikan, Perguruan Tinggi terdiri dan memiliki banyak komponen, salah satunya adalah Program Studi (Prodi). Komponen tersebut saling terkait satu dengan lainya. Kekompakan dan harmoni sistem PT akan menjamin  berlangsungnya  proses pendidikan, pengajaran dan kegiatan-kegiatan Tri Dharma  PT lainya berjalan normal. Disharmoni satu, dua  atau lebih komponen sistem PT akan menjadi pemicu buruknya kinerja PT yang menggiring kepada  perpecahan dan kehancuran suatu Perguruan Tinggi.

          Eksistensi suatu Perguruan Tinggi juga ditentukan tidak saja oleh kekompakan komponen sistemnya, tetapi juga oleh variabel-variabel lain diluar sistem itu. Variabel-variabel tersebut adalah kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan,baik dilingkungan Kementrian  Pendidikan Kebudayaan Riset dan Tehnologi (kemdikbudristek) maupun Kementrian Agama, juga kementrian lain yang menyelenggarakan pendidikan tinggi kedinasan. Tiga hal penting kebijakan yang berpengaruh terhadap eksistensi Perguruan Tinggi adalah peta keilmuan yang dimiliki dan boleh dikembangkan oleh sebuah PT- PTKI, tingkat kejenuhan program-program studi yang  dimiliki oleh sebuah PT-PTKI, juga tingkat kebutuhan masyarakat atas satu atau lebih Program Studi.

Kondisi PT dan prodi saat ini

       Hingga akhir 2021 stidaknya tercatat 4.586 Perguruan tinggi di Indonesia. Dari jumlah tersebut 400 diantaranya berstatus PTN, sedng yang 4.184 berstatus PTS.  3.250 bernaung dibawah kementrian pemdidikan kebudayaan riset dan Tehnologi, 1.155 PT dibawah binaan Kementrian Agama, dan 181 PT dibawah otoritas Kementrian Kedinasan. Sementara itu jumlah total program studi mencapai 26833. Dari jumlah tersebut prodi pendidikan berada di puncak peringkat mencapai  angka 5715, di posisi kedua ada prodi tehnik berjumlah 4715 prodi. Menyususl di tangga ketiga ada prodi sosial berjumlah 4079 buah. Selanjutnya berturut-turut Prodi Kesehatan dengan jumlah 3331 buah, ekonomi 3301 prodi, pertanian 1786, Agama 1693, MIPA 1026, Humaniora 721, dan paling sedikit adalah Prodi Seni dengan jumlah 384 prodi.

         Tentu jumlah prodi tersebut akan terus mengalami penambahan seiring semakin banyaknya PTN-PTS  yang mengajukan perijinan pembukaan Prodi baru. Konon ratusan proposal baru  setiap tahun masuk di desk  kementrian (Kemdikbudristek – Kementrian Agama), dan menunggu giliran untuk di asses.

         Tantangan ? Tentu, karena dengan beroperasinya  prodi-prodi baru tersebut, maka PT – termasuk PTS-PTKIS tidak bisa lagi  main-main  dengan menyelenggarakan pendidikan dan/atau pengajaran  juga kegiatan  lainya ala kadarnya. Semua PT (PTS-PTKIS) harus bekerja serius  dengan mencurahkan tenaga, fikiran, serta memanfaatkan seluruh komponen sistemnya  – terutama sistem Prodi – dengan optimal.

Memberdayakan  Sistem Prodi,Meningkatkan Mutu Lulusan

            Mencetak lulusan yang bermutu menjadi idaman  bagi semua lembaga pendidikan tinggi.  Dengan prestasi  baik dan kompetensi yang memadai (bermutu), kedua komponen sistem  akan diuntungkan. Mahasiswa, disatu sisi akan merasa bangga  dan menjamin kemudahan dalam memperoleh peluang kerja di masyarakat. Disi  lain, bagi lembaga, prestasi gemilang tersebut akan bisa mendongkrak  citra diri (self image) dan nama besar (brand image) lembaga dimaksud. Untuk memperoleh  capaian itu (lulusan yang bermutu) sungguh bukan pekerjaan  gampang. Karena itu banyak cara harus dilakukan oleh lembaga (PT-PTKI)  untuk menggapainya. Salah satu diantaranya adalah memberdayakan sistem Program Studi.

    Jika  PT-PTKI dipandang sebagai supra sistem,maka Program Studi adalah  sub sistemnya. Sebagai bagian diri sistem yang lebih besar (supra sistem),program studi memiliki banyak komponen,yang keberadaan serta kehadiranya menjadi daya dukung potensial bagi operasionalisasi suatu sistem Program Studi. Komponen-komponen ini harus diidentifikasi,dimanfaatkan dan diberdayakan untuk memajukan kinerja Program Studi. Komponen-komponen Prodi yang dipandang krusial antara lain Ketua Program Studi, Dosen-Dosen Prodi,Kurikulum Prodi dan KBM, serta unit fungsional pendukung kinerja Prodi dan sarana prasarana Program Studi, juga para alumninya.

       Ketua Program Studi menjadi unsur utama suatu Prodi. Ia menjadi driver (sopir) yang akan menggerakan seluruh sistem Prodi kearah pencapaian visi,  misi dan tujuan suatu Program Studi. Ia memegang  kendali otoritatif sekaligus perancang kebijakan akademik pada tingkat Program studi. Ditangan ketua Program Studi kinerja dan harga diri Prodi dipertaruhkan.

        Dia bertanggungjawab menyusun  Rencana Strategis (RENSTRA),menyusun pokok-pokok pikiran pengembangan akademik Program studi,menyusun program kerja Program Studi, dan sebagainya. Dia juga sekaligus bertanggungjawab melakukan identifikasi seluruh potensi sumberdaya Prodi dan memanfaatkanya untuk memacu kemajuan Program Studi. Sebagai top leader bidang akademik,  Ketua Prodi memiki otoritas  dan kemandirian untuk  melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara akademik pada tataran program studi. Dia berkwajiban melakukan koordinasi antar fungsi sistem  Prodi, memotivasi SDM Prodi,melakukan monitoring dan evaluasi kinerja Prodi dan melaporkanya secara berkala kepada  struktur yang lebih tinggi (Rektor,Dekan  atau Ketua, Direktur ), bahkan juga kepada Badan Penyelenggara bagi PT- PTKI swasta. Ia (ketua Prodi) haruslah seseorang yang memampu memahami dan menerapkan model kepemimpinan berbasis  akademik ( academic leadership).

         Komponen lain dibawah ketua Prodi adalah Dosen-Dosen Program Studi. Mereka adalah akademisi sekaligus professional yang secara khusus diangkat dengan Surat Keputusan Badan Penyelenggara PTKIS – mungkin juga oleh Rektor, Ketua, Direktur PTS),untuk secara khusus mengajar,melatih dan membimbing mahasiswa di  suatu Prodi. Mereka juga berkwajiban melaksanakan Tri Dharma PT lainya bidang penelitian dan pengabdian masyarakat sesuai dengan peta keilmuan Program Studi.             Mereka  benar-benar dituntut komitmenya  untuk bertanggungjawab secara akademik dan professional memantau perkembangan/kemajuan prestasi mahasiswa program studi yang menjadi  anak asuhnya secara adil dan terus menerus.

       Merek adalah akdemisi yang selalu terpanggil untuk terus menerus mengembangkan dan mengasah wawasan keilmuan dan kematangan professionalnya tanpa henti. Mereka tidak saja dituntut memiliki kualifikasi, kompetensi sebagai dosen tetapi juga mentalitas profesional dan menekuni wacara –wacana moral dan akademik  secara konsisten. Dari kesadaran inilah akan lahir dosen-dosen berdudaya/bermental  akademik sejati, bukan dosen rasa politisi, dosean rasa saudagar dan dosen dengan rasa-rasa lainya.

     Bagian tak terpisahkan dengan unsur dosen adalah kegiatan belajar mengajar. Komponen ini menjadi cerminan baik buruknya kinerja dosen, dan bahkan prodi itu sendiri. Dosen yang baik,professional dan berkomitmen tinggi akan menciptakan KBM yang unggul. Untuk itu dipandang perlu didalam melaksanakan KBM, dosen  tidak hanya terpaku kepada cara  mereka mendapatkan pengalaman  pembelajaran dari dosen mereka dahulu. Mereka harus melakukan inovasi dan improvisasi  cara-cara dan model-model mengajar  terbaru sesuai dengan  perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta kebutuhan  pebelajar (mahasiswa) saat ini. Dengan demikian maka cara-cara dosen mengajar,serta cara-cara mahasiswa mendapatkan pengalaman belajar akan selalu bisa di perbaharui (di up-grade). Dalam kerangka ini, pertemuan-pertemuan ilmiah ditingkat dosen program studi tentang  hal-hal terbaru pembelajaran mutlak diperlukan.

        Bagaimana  dengan kurikulum ?  Jika kurikulum dimaknai sebagai  suatu set rencana dan pengaturan mengenai isi dan  kegiatan pembelajaran baik yang dilakukan didalam maupun di luar klas,maka keberadaanya bisa diibaratkan dengan sebuah restoran yang didalamnya tersedia beragam makanan dan minuman yang  penuh gizi,bernutrisi tinggi dan lengkap. Diolah dan disajikan dengan apik oleh pemasak dan pelayanan andal. Tentu saja makanan dan minuman seperti ini apabila dikonsumsi akan menyehatkan tubuh. Akan  halnya kurikulum Program Studi, bila kurikulum tersebut disusun dengan benar,berisi seperangkat ilmu pengetahuna,  tehnologi,nilai-nilai, dan kemudian  diampu dosen-dosen yang kapabel dan professional dan pengalaman dibidangnya  masing-masing tentu akan mendatangkan pengalaman pembelajaran yang menarik dan kuat pada diri pebelajar (mahasiswa). Dan hal ini akan menjamin terciptanya lulusan PTKIS-PT  yang bermutu.

       Terkait dengan menciptakan tamatan yang bermutu,harus pula ditunjang oleh tersedianya dan dimanfaatkanya unit fungsional pendudukung Program Studi. Didalam unit-unit inilah wawasan keilmuan  mahasiswa dikembangkan,pengalaman pembelajaran dimatangkan. Kecakapan dan kepekaan professional mereka diasah dan dipertajam, jiwa kepemimpinan dikuatkan. Semua itu bisa dilakukan bila  di suatu Prodi tersedia Laboratorium Prodi,perpustakaan Prodi,serta unit-unit peminatan lainya yang selaras dengan core kurikulum Program Studi.

       Kesempurnaan bekerjanya sistem secara utuh akan tercapai apabila komponen Sarana/prasarana tercukupi,termasuk kedalam komponen ini adalah keuangan Prodi. Pemanfaatan dan kinerja  sistem Prodi akan bisa lebih dioptimalkan bila tersedia  gedung,ruang kuliah Prodi, runag rapat prodi,ruang dosen Prodi,perpustakaan Prodi yang memadai, juga anggaran yang relatif sehat. Representativeness gedung dan prasarana lainya, juga keuangan  akan menjamin ketenangan,kenyamanan dan memacu tingginya  produktifitas kinerja  sistem Program Studiapapaun  core keilmuanya. Melengkapi optimalisasi sistem guna menjamin tercapainya mutu lulusan, penting juga dilakukan apa disebut sebagai pelacakan alumni (tracing alumni). Hal ini penting dilakukan untuk mrngidentifikasi kiprah alumni di masyarakat dan/atau dunia kerja,mengevaluasi kualitas kinerja mereka, menggali respons pengguna lulusan sekaligus mendapatkan umpan balik dari alumni untuk memajukan  Perguruan Tinggi khususnya Program Studi.

       _______________

       Moh. Hasyim, Pengurus Dewan Pendidikan Kab. Banyuwangi, pernah Memipimpin sebuah PTKIS di Genteng Banyuwangi.

#

Comments are closed