Kemajuan di bidang tekhnologi saat ini benar-benar mempengaruhi cara komunikasi dan interaksi manusia. Terutama bagi generasi milenial, perkembangan media sosial berbasis elektonik menjadikan mereka hidup di era informasi yang sangat luas karena mereka lahir di zaman dimana akses internet sudah masuk hingga ke pelosok-pelosok desa. Fakta menarik dari generasi milenial, hampir 75% mereka memperolah informasi dari internet, sisanya ada yang dari Koran, TV, Majalah dan Radio.
Keterbukaan informasi saat ini bisa berdampak positif maupun negative. Salah satu dampak negatif adalah berita hoaks yang tersebar di media sosial internet begitu banyak. Data Kementrian Kominfo RI, di akhir tahun 2016 ada 800 ribu situs yang terindikasi menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian. Hoaks banyak disebar terutama melalui media sosial. Berdasarkan hasil survei We Are Social di tahun 2017, 18 persen pengguna media sosial berusia 13 sampai 17 tahun, yang merupakan usia pelajar. Berita hoax atau bohong di jagat maya seringkali berdampak langsung pada kehidupan nyata. Misalnya saja aksi kekerasan antar kelompok atau pun hancurnya reputasi seseorang atau perusahaan.
Untuk menangkal hal tersebut, komunitas Rumah Literasi Banyuwangi mencoba membuat sebuah tayangan edukatif melalui media OPLOSAN bersama Banyuwangi TV. Sebuah program yang menggunakan chanel televisi dan media sosial untuk mengajak masyarakat berwawasan kritis terutama untuk melihat potensi sumberdaya alam dan sumber daya manusia yang ada di lingkungan pedesaan.
OPLOSAN (Obrolan Petang Literasi dan Pendidikan) yang salah satu misinya adalah untuk mengembalikan kembali semangat gotong-royong warga untuk membangun desa melalui partisipasi. Program yang dikemas dalam bentuk Talk Show Drama Komedi ini akan memfasilitasi setiap desa yang ingin berbagi inovasi dan capaian program hingga layanan publik yang selama ini memberikan dampak terhadap kesejahteraaan warga, termasuk upaya desa dalam menjaga kearifal lokal.
Tak hanya desa yang sudah maju dan berkembang. OPLOSAN juga siap membantu desa yang saat ini ingin menggali lebih dalam lagi potensi desanya di berbagai bidang. Salah satu strateginya menggunakan riset untuk melihat sumber daya yang potensial di desa tersebut.
Faisal Riza, selaku produser sekaligus sutradara menjelaskan bahwa OPLOSAN mampu menjadi salah satu solusi bagi desa yang selama ini ingin ingin memperluas akses informasi berkaitan dengan program-program desa terutama layanan publiknya.
“Ini adalah salah satu program yang berkonten edukatif, kalau jaman dulu kita punya Ria Jenaka di TVRI, tapi jaman now, kami punya OPLOSAN. Di dalamnya banyak sekali pembelajaran yang bisa didapat karena yang kita angkat menjadi tema selalu relevan dengan isu yang lagi berkembang di masyarakat” jelas Faisal Riza, laki-laki yang sudah 17 tahun mendalami dunia pantomime.
OPLOSAN sudah ada 4 episode. Episode pertama, mengangkat tentang inovasi di Desa Ketapang yaitu Desa Literasi. Episode kedua, mengankat isu tentang pola asuh berbasis kolaborasi dengan mendatangkan salah satu pakar di bidang parenting. Episode ketiga, membedah tentang partisipasi masyarakat dengan berdesa, mendatangkan tokoh yang selama ini menjadi konsultan dalam tata kelola desa di Banyuwangi. Kemudia episode yang kelima, OPLOSAN menggali lebih dalam tentang capaian program di Kecamatan Singojuruh yang berhasil menggerakkan pemuda untuk dilibatkan dalam membangun desa melalui seni dan budaya.
Rencananya, OPLOSAN akan berkunjung dari desa ke desa dan bekerjasama dengan pemerintah untuk menyiapkan tayangan yang edukatif bagi warga Banyuwangi. Ada sekitar 189 desa / 28 kelurahan yang nantinya berkesempatan bekerjasama dengan program ini.
“Untuk mendukung kemajuan desa, salah satunya perlu menumbuhkan semangat berkolaborasi. Kami hadir di tengah masyarakat untuk membantu warganya agar memiliki pengetahuan yang luas dalam mengelola desa. Masyarakat harus bangga terhadap desanya sehingga tumbuh sebuah keyakinan bahwa masyarakat mampu sejahtera dengan asset yang dimiliki desa”, pungkas Faisal Riza.
Comments are closed