Suatu malam, selepas maghrib
Aku bertandang kerumahmu
Menengok peluhmu
Setelah seharian menguras pikiran
Sisa-sisa tenaga yang membersamaimu,
kurasakan sampai di relung ini

Kau nampak pucat pasi
seminggu penuh menyiapkan segala
Esok jadwal pertempurannya!
Semangat tak boleh hanya sisa,
ia harus kembali menjadi semesta

Malam itu adalah beberapa jam jelang panggung literasi yang akan kau helat esok pagi.
Esok sore tamunya banyak, katamu. Kenapa akhir-akhir ini seperti tumbuh geliat literasi dari sekolah? sekolah-sekolah antusias dengan acara taman baca, kau bertanya padaku.
Aku menjawab, sekolah-sekolah baru “nyantol” dengan apa yang kita lakukan selama ini. Ibarat saluran radio, gelombang kita ini sejak awal FM. Selama ini sekolah dan pemerintah gelombang radionya AM. Jadi gak nyambung-nyambung.

Kau tertawa.

Dan mengela nafas panjang. Ditambah matamu yang layu, sayu.

Haahh!

Saat kita sudah mulai sedikit kelelahan ya.. mereka baru tuning! Katamu.

Giliran saya yang terbahak.

Begitulah.

Saat pejuang akan memutus asa
Tuhan memberi mereka ‘hidayah’

Selamat. Kau pejuang, Sayu!

 

Nurul hikmah

#

Comments are closed