Rumah Literasi Indonesia ialah lembaga yang salama ini memeiliki konsen mengkampanyekan budaya membaca dan menulis di Bumi Blambangan, Banyuwangi. Dalam mewujudkan tujuan tersebut, gerakan yang dilakukan memfokuskan pada pembelajaran alternatif berbasis masyarakat.

Saat ini Rumah Literasi Indonesia sedang mengmbangkan wahana belajar melalui Integrated Farming Ketapang, lewat programnya yang diberi nama Wisata Literasi.

Kegiatan pendidikan alternatif yang dilakukan oleh Rumah Literasi Indonesia berbasis sukarela (volunteer), sehingga siapapun masyarakat yang ingin berkontribusi dalam kegiatan pembelajaran ini diperbolehkan dan disambut dengan baik. Tingginya aktivitas dalam kegiatan pembelajaran ini, memberikan dampak pada peningkatan perekonomian masyarakat sekitar karena banyaknya kunjungan dari berbagai instansi pendidikan seperti sekolah dan instansi pemerintahan.

Tunggul, Founder Rumah Literasi Indonesia berinisiatif menciptakan Integrated Farming yang juga dapat menjadi media pembelajaran anak-anak. Terlebih, Desa Ketapang merupakan kawasan industri yang dipenuhi oleh perusahaan-perusahaan dan pabrik besar serta dilalui oleh jalan poros yang menjadi akses untuk truk-truk besar berlalu-lalang. Hal ini tentunya menimbulkan dampak yangburuk bagi lingkungan yaitu polusi udara yang juga dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat. Permasalahan lingkungan yang juga terjadi di Desa Ketapang ialah pembuangan dan penumpukan sampah di sekitar sungai. Menurut penuturan warga, sampah yang menumpuk di sekitar wilayah sungai tersebut menjadi penyebab bencana banjir ketika musim hujan tiba. Sampah tersebut akan terbawa oleh arus sungai dan mengendap menghalangi aliran air sehingga menyebabkan air meluap ke pemukiman warga. Selain itu, sebagian besar masyarakat Desa Ketapang yang merupakan peternak juga masih belum optimal mengelola kotoran hewan sehingga dapat menyebabkan polusi air dan tanah.

Integrated Farming juga menerapkan beberapa teknologi yang dalam pemanfaatannya memperhatikan aspek lingkungan. Teknologi hidram tanpa listrik memanfaatkan sumber daya air yang berada di lingkungan Desa Ketapang untuk pengairan pertanian dengan sistem irigasi tetes. Sistem ini diterapkan sebagai salah satu upaya efisiensi penggunaan air. Selanjutnya, Integrated Farming memberikan solusi untuk mempertahankan keanekaragaman hayati melalui Smart Greenhouse. Di dalam smart greenhouse tersebut, Tunggul bersama Kelompok Pelita mengembangkan beberapa jenis tanaman yang membutuhkan kondisi iklim tertentu. Lalu, dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam, Integrated Terminal Tanjung Wangi memberikan dukungan berupa panel surya untuk meningkatkan produktivitas kegiatan Integrated Farming. Panel surya menjadi sangat penting bagi lingkungan karena dapat membantu mengurangi emisi karbon dan menghemat energi.

Integrated Farming Ketapang merupakan sistem pertanian yang mengintegrasikan kegiatan sub-sektor pertanian (tanaman, ternak, ikan) untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas sumber daya lahan, kemandirian, dan kesejahteraan petani secara berkelanjutan. Dampak program berkontribusi pada upaya mengatasi polusi (pollution), perubahan iklim (climate change), dan hilangnya keanekaragaman hayati (biodiversity loss) atau sering disebut sebagai triple planetary crisis. Melalui program ini, local hero yakniTunggul Harwanto mendorong masyarakat Desa Ketapang melalui Kelompok Pelita untuk berkontribusi terhadap pengelolaan lingkungan dalam kegiatan pemberdayaan. Sebagai program yang berangkat dari permasalahan terkait lingkungan, Program Integrated Farming Ketapang memiliki serangkaian kegiatan yang turut mendukung upaya penanggulangan triple planetary crisis. Program Integrated Farming Ketapang merupakan bentuk kesadaran masyarakat terhadap peluang maupun konsekuensi dari perubahan lingkungan yang terjadi di wilayah sekitar desa. Selain itu, upaya yang dilakukan oleh masyarakat Desa Ketapang di dalam Program Integrated Farming Ketapang menunjukkan adanya peningkatan kemampuan masyarakat terhadap penanggulangan triple planetary crisis.  

Melalui program Wisata Literasi, dimana konsep ini menggabungkan antara rekreasi dan pendidikan melalui proses belajar berbasis project learning, para pengunjung bisa mendapatkan pengalaman langsung terlibat melalui berbagai kelas tematik. Mulai dari Kelas Sains, Kelas Numerasi, Kelas Berkebun, Kelas Pengolahan Sampah, Kelas Budidaya Lobster termasuk berbagai kelas seni dan pengembangan bakat dan minat anak-anak.

Wisata ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas adaptasi masyarakat dalam menghadapi dampak perubahan iklim, polusi, dan kehilangan keanekaragaman hayati. Program ini berkolaborasi dengan sekolah-sekolah yang ada di Desa Ketapang terutama dalam pengembangan kurikulum merdeka belajar. Misi utamanya agar program kepariwisataan tidak melulu berbicara mengenai hiburan dan belanja, namun juga wawasan dan pengalaman tentang pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan.

#

Comments are closed