Setelah 2 tahun Desa Ketapang dikenal dengan Desa Literasi, partisipasi masyarakat terus tumbuh untuk bisa terlibat dalam pembangunan. Hal ini terlihat dari geliat anak-anak muda desa yang membuat wadah aktualisasi melalui gerakan literasi baik melalui Rumah baca maupun Karang Taruna.
Gerakan literasi menjadi priorotas program yang dijalankan pemuda dan relawan untuk bisa mengawal pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) di desa. Terlebih masalah yang saat ini masih menjadi tantangan adalah budaya literasi yang masih rendah di masyarakat.
Untuk menyikapi hal tersebut, beberapa waktu lalu. Di Dusun Gunung Remuk telah diinisiasi Karang Taruna yang di gagas oleh relawan dari Rumah Literasi Indonesia. Karang taruna yang berasal dari lingkungan “Paliran” beranggotakan 25 orang yang kebanyakan adalah dari para pelajar dan mahasiswa. Mereka menamai Karang Taruna Tulip yang merupakan singkatan dari Tunas Literasi Paliran.
Ismawati, Ketua Karang Taruna Tulip yang juga berstatus sebagai mahasiswa menjelaskan bahwa dirinya dipercaya untuk mengemban amanah selama 5 Tahun untuk menjadi motor penggerak organisasi di Karang Taruna Tulip. Dalam waktu dekat, ia akan memimpin Raker (Rapat Kerja) agar semmua anggota dapat menuangkan aspirasi dan ide kreatif untuk kepentingan masyarakat sekitar Desa Ketapang.
“Sebagai pemuda, ketika diberi amanah untuk memimpin organisasi, maka kita semua harus siap. Sebab kemampuan memimpin organisasi adalah proses belajar yang akan dialami oelh semua anggota. Tidak hanya saya sebagai ketua”, jelas Isma, mahasiswa yang juga sebagai pengajar di PAUD Sahabat Kecil.
Julukan Ketapang sebagai Desa Literasi tentu menjadi semangat baru bagi masyarkatnya. Apalagi tepat pada tanggal 26 Juli 2018, Desa Ketapang menyabet Juara 1 dan Juara Fafvorit dalam Lomba Video Kreatif Desa 2018 yang diadakan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Kabupaten Banyuwangi dengan mengusung judul Desa Literasi “Membangun Indonesia Dari Kampung Halaman”
Kepala Desa Ketapang, Slamet Kasihono menjelaskan ia merasa bangga atas kerja kolaborasi antara pemerintah Desa dengan pegiat literasi di desanya. Apalagi ada 2 Rumah Baca yang selama ini masih aktif untuk memfasilitasi anak-anak di sekitar untuk belajr dan bermain.
“2 Tahun kami menginisiasi Desa Literasi dengan semangat gotong-royong. Dampaknya saat ini mulai tumbuh kesadaran bahwa mendidika adalah tanggungjawab public, sehingga sinergitas antara pemerintah dan masyarakat harus terus dirawat. Dengan cara ini kita bisa melahirkan generasi yang berwawasan dan berkarakter”, ungkap Kepala Desa.
Comments are closed