Saat mengawali gerakan ini, sesungguhnya dibalik ‘rumah baca’ itu ada manusia yang kami lihat. Ada manusia yang menggeliat. Ada manusia yang ingin berproses menjadi manusia yang memanusiakan manusia. Seorang manusia yang secara sadar, hadir untuk berbagi, belajar sekaligus peduli. Rumah baca adalah medium yang menghubungkan setiap pribadi (manusia) yang sadar akan lingkungannya untuk terlibat dan bergerak memberikan makna atas hidupnya. Karena itu rumah baca atau taman baca bukan hanya persoalan BUKU, tapi rumah baca/taman baca adalah persoalan MANUSIA.
Ide rumah baca terus bergulir.
Dan setiap penggerak rumah baca menjalankan dengan variasinya sendiri-sendiri. Masing-masing terlibat dengan pendekatannya sendiri-sendiri. Tapi semua dengan satu prinsip yang sama dan tujuan yang sama : mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan terlibat pada masalah-masalah kecil dilingkungan sekitar.
Kami semua memulai rumah baca dan Rumah Literasi Banyuwangi dengan sebuah kecintaan pada Indonesia. Dan hadirnya kita semua dalam gerakan ini, diberbagai tempat-tempat kecil di Banyuwangi adalah bukti bahwa masih banyak orang-orang yang mencintai Indonesia tanpa syarat. Mencintai Banyuwangi tanpa iming-iming rupiah. Dan munculnya anak-anak muda yang peduli ini, mudah-mudahan menjadi bibit. Bibit yang baik dari ikhtiar menanam kebaikan yang tak berkesudahan.
Kami membayangkan RLB membesar. Kami membayangkan RLB akan terus memberikan makna. Tapi kami tak pernah membayangkan percepatannya. Dan membayangkan banyak yang terlibat. Ide ini akan terus tumbuh seiring banyak manusia-manusia lain yang peduli. Maka Rumah Literasi Indonesia hadir dengan coverage area lebih luas lagi.
Bismillah.
Teruslah tumbuh kawan…
Generasi baik setelahmu, karena sumbangsihmu.
#gerakanliterasi
#gerakan1000rumahbaca
#pantangtanyasebelumbaca
Comments are closed