Inspirasi Sekolah Literasi (ISL) Jilid 5 tak hanya menyisakan cerita seru di ruang-ruang kelas bersama para relawan inspirator. Pada acara panggung literasi di malam hari, kehadiran tim “Oplosan” juga disambut meriah oleh warga sekitar sekolah yang datang sejak pukul 6 petang. Oplosan adalah salah satu pengisi acara di pentas tersebut.
Oplosan adalah sebuah program talk show yang digawangi oleh beberapa relawan di Rumah Literasi Indonesia yang dikemas drama komedi. Program talk show ini juga sempat tayang beberapa episode di salah satu TV lokal Banyuwangi.
Saat ini Oplosan lebih sering tampil dari desa ke desa untuk memfasilitasi warga mengangkat berbagai isu yang berkembang. Salah satunya saat ISL Jilid 5 yang berlangsung di Desa Kandangan, Kecamatan Pesanggaran. Mengangkat isu tentang pernikahan dini, Oplosan mencoba mengemas talk show dengan bahasa yang ringan.
Mola, relawan yang mamainkan peran sebagai Pak De Molidi merasakan antusiame masyarakat untuk menyimak acara panggung literasi ini begitu tinggi, khususnya saat Oplosan berada di atas pentas. Meskipun isu pernikahan dini ini cukup memeras otak, Mola berusaha menggunakan diksi yang sederhana agar masyarakatdengan mudah menangkap pesan yang disampaikan melalui dialog komedi.
“Kami mengangkat cerita yang ringan, sebuah cerita tentang keluarga yang memaksa anak perempuannya untuk segera menikah dengan laki-laki dari salah satu juragan kaya di kampung. Lalu, dengan bahasa yang kocak, kami percaya pesan yang kami smapaikan lebih mudah ditangkap”, ungkap Mola
Menurut informasi dari beberapa tokoh masyarakat, kasus pernikahan dini di Desa Kandangan masih sangat tinggi. Terlebih lagi, tingkat pendidikan rata-rata adalah lulusan SD. Jarang warganya yang lulus hingga SMP. Hal inilah yang juga menjadi data awal, kenapa ISL Jilid 5 ini diadakan di SDN 2 Kandangan.
Faiz Zhatur, Koordinator ISL tahun ini menyatakan bahwa kampanye stop pernikahan usia anak harus terus digalakkan. Medianya bisa lewat mana saja, salah satunya adalah melalui acara Panggung Literasi.
“Kami ingin memanfaatkan momentum ISL ini jadi hal yang berkesan. Tak hanya kepada anak-anak, tapi kepada semua orangtua yang ikut hadir menjadi saksi sebuah pertunjukan sederhana yang syarat makna. Sehingga kampanye stop pernikahan usia anak menjadi isu yang wajib kita angkat”, jelas Faiz perempuan yang juga sebagai Founder Laci Kecil.
Comments are closed