By : Nurul Hikmah
SDN 2 Kandangan adalah salah satu dari 7 sekolah yang ada di wilayah PTPN 12 Kebun Sumber Jambe, Adveling Sumber Gandeng. Satu-satunya sekolah yang berada di tengah-tengah perkebunan. Sekolah yang akses jalannya tak semudah enam sekolah dasar lain yang ada di Kandangan. Lokasi sekolah dengan rumah siswa rata-rata 1-3 km.
Sebagian besar dari siswanya menggunakan motor menuju sekolah. Jika di kota anak seusia sekolah dasar dilarang menggunakan motor. Dikarenakan faktor usia yang belum matang sehingga dapat membahayakan keselamatannya di jalan. Namun tak begitu dengan anak-anak disini. Meski Jalan berbatu, berlubang, mendaki dan berkelok, anak-anak ‘dituntut’ harus mampu mengendarai motor agar cepat sampai ke sekolah. Jika ditempuh dengan berjalan kaki, maka mereka akan menghabiskan waktu lebih lama lagi di jalan. Konsekuensinya mereka akan terlambat masuk sekolah.
Sekolah yang telah berdiri sejak tahun 1950 an ini terkenal dengan sebutan sekolah sembilan. Sekolah yang masuknya jam 8 pulang jam 9. Mengapa sekolah ini memiliki citra seperti ini? Karena memang kenyataannya proses belajar mengajar hanya berlangsung satu jam saja. Mengapa ini terjadi? Dikarenakan akses jalan menuju sekolah yang begitu sulit sehingga membuat jarak tempuh semakin berat dan lama. Sedangkang guru yang bertugas mengajar berasal dari kota yang jarak nya kurang lebih 20-30 km dari rumahnya.
Sejak tahun 1950 an, baru dua-tiga tahun terakhir ( 2016-2018 ) sekolah ini mengalami perubahan. Semenjak ada guru bantu yakni relawan Banyuwangi Mengajar yang ditempatkan di SD ini menjadi lebih memiliki hubungan yang memanusiakan. Anak-anak mulai tertata. Jadwal sekolah mulai terlaksana dengan baik. Ektra kurikuler mulai hidup. Pun anak-anak SDN 2 Kandangan sudah mulai lagi melaksanakan upacara bendera setiap hari senin.
Dua orang relawan yang ditugaskan di SDN 2 Kandangan tahun ini yakni, Ahmad Rizqi Andi dan Zainul Alam. Merekalah yang telah berinisiatif melakukan terobosan di sekolah dasar ini. Rizqi panggilan akrabnya menghubungi Rumah Literasi Indonesia. Ia ingin relawan rumah literasi mengunjungi anak-anak didiknya. Melalui program Inspirasi Sekolah Literasi diharapkan anak didiknya termotivasi lebih baik lagi. Sekolah dan dewan gurunya juga terinspirasi semangat kerelawanan para relawan.
Dan sungguh, menginspirasi adalah tugas yang berat. Kedatangan para relawan ISL 2018 ‘hanya’ memberikan waktunya untuk hadir menemui anak-anak. Para relawan hanya memantik semangat mereka yang besar dapat kembali menguasai anak-anak.
Tiga hari kehadiran para relawan cukup berhasil mengembalikan semangat anak-anak SDN 2 Kandangan. Semangat yang tengggelam dibeberapa tahun kebelakang di SDN 2 Kandangan. Selama tiga hari para relawan dan seluruh warga sekolah (anak-anak, guru dan walimurid ) berbaur menjadi keluarga baru. Mereka melakukan tiga kegiatan inspiratif, antara lain ; kelas inspirasi bersama inspirator, menginisiasi ruang/pojok baca yang belum dimiliki sekolah, dan panggung literasi yang digelar malam harinya.
Tiga kegiatan yang inspiratif ini diharapkan dapat memantik anak-anak untuk terus berangkat kesekolah. Guru-guru pun bertambah semangatnya. Bahwa kehadirannya disekolah sangat dibutuhkan anak-anak. Guru adalah garda terdepan pencerdas bangsa. Guru adalah teladan atau contoh yang dapat langsung anak-anak tiru. Karenanya kehadiran, inspirasi dan semangatnya adalah energi anak-anak untuk menumbuhkan mimpinya. Bahwa pengaruh seorang guru tak lekang ditelan zaman. Semangat melanjutkan hidup yang berat tetap akan anak-anak hadapi jika para guru mengerti tujuan belajar dan memiliki stamina semangat dan daya juang yang tinggi.
Tiga hari rasanya tak cukup untuk membuat sekolah ini benar-benar tangguh. Ingin rasanya membantu mendampingi sekolah-sekolah seperti ini lebih lama lagi. Karena itu keterlibatan masyarakat melalui program ISL harus terus berlanjut di tahun-tahun mendatang. Datang ke sekolah-sekolah yang ingin berkolaborasi dalam mendidik. Ingin terlibat ISL 2019? Mari menjadi relawan.
Terima kasih untuk segenap relawan ISL 2018 yang nge-camp di sekolah selama tiga hari. Meski dengan segala keterbatasan dan rintangan menuju lokasi sekolah ; jalan berbatu, berlubang dan berkelok-kelok, serta signal internet yang tak berkompromi tak menjadi rintangan berat bagi ke tigapuluh relawan pendidikan. Terima kasih atas donasi kehadirannya. Tiga hari menanam inspirasi, selamanya menghidupkan mimpi.
Salam Literasi!
Pantang Tanya Sebelum Baca.
Comments are closed