Pancoran,  Dusun terluas yang terletak di wilayah Desa Ketapang ternyata menyimpan banyak potensi alam. Masyarakatnya mayoritas bermatapencaharian sebagai petani. Meskipun demikian, wilayah yang juga memiliki hutan lindung dan hutan produksi ini masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat sekitar. Akses infrastruktur juga menjadi salah satu tantangan di dusun yang memiliki daerah perbukitan ini.

Untuk menempuh wilayah perbukitan Dusun Pancoran, kendaraan roda dua adalah alat trasnportasi yang paling cocok untuk medan yang berbatu dengan karakter jalan yang terjal dan berliku. Kalaupun ada kendaraan roda empat yang ingin melintasi perbukitan, pastikan sang sopir sudah pernah memiliki pengalaman melibas jalan yang ekstreem. Lebarnya yang hanya 2 – 3 meter ini sangat licin saat air hujan membahasi permukaan jalan tersebut.

 

Bicara akses pendidikan? Untuk masyarakat yang ada diperbukitan hanya ada 1 RA (Sederajat PAUD) dan ada 2 Sekolah Dasar, namun  untuk menempuh sekolah tersebut  mereka harus turun ke kaki bukit yang lokasinya berdekatan dengan Dusun Krajan. Atau harus menuju ke wilayah Kelurahan Kalipuro yang jaraknya lumayan jauh. Belum ada SMP dan SMA di dusun Pancoran. Bahkan menurut survey, tingkat pendidikan masyarakat tersebut di dominasi lulusan SD dan SMP.

Bagaimana dengan kondisi sosial nya disana? Masih banyak kasus pernikahan usia anak, termasuk percerian di Dusun tersebut tergolong masih tinggi. Ada beragam faktor pendukung yang menyebabkan hal itu terjadi. Baik dari urusan ekonomi, pendidikan, budaya bahkan faktor agama dan pandangan masyarakat yang menikahkan anaknya pada usia di bawah 18 tahun untuk minghindari zina.

 

Berangkat dari fenomena diatas, Yayasan Rumah Literasi Nusantara mengundang relawan untuk mengambil langkah strategis khsusnya dalam mengkampanyekan gerakan literasi kepada msyarakat. Salah satu misinya, yaitu memberkan pengetahuan kepada warga tentang pentingnya budaya membaca (belajar) melalui inisiasi rumah baca.

Tentunya rumah baca bukan soal mengoleksi buku bacaan untuk anak-anak sekitar saja, namun di dalamnya sangat dinamis. Buku memang manjadi salah satu sumber belajar, namun ada beragam keilmuan yang bisa menjadi bahan pembelajaran di rumah baca.

Faisal, Koordinator Divisi Seni Dan Budaya di Yayasan Rumah Literasi Nusantara menjadi promotor penggerak terkait program kampanye literasi di Dusun Pancoran. Ia mengatakan hasil FGD bersama warga sekitar menunjukkan bahwa tantangan utama untuk bisa membangun Dusun Pancoran adalah terkait dengan akses. Baik infrastruktur maupun pendidikan dan pemberdayaan.

Misalnya, jalan yang masih berbatu sehingga menyulitkan hilir mudik masyarakat, lembaga pendidikan yang jaraknya jauh, belum ada sekolah SMP/SMA, program pemberdayaan yang belum optimal serta akses infromasi dan tekhnologi (internet) masih sulit.

“Satu hal yang diperlukan dan menjadi syarat mutlak untuk membangun Dusun Pancoran adalah kolaborasi. Hanya dengan kerja barengan antara pemerintah, masyarakat dan sektor swasta, Pancoran akan lebih maju dan bisa dikenal ke berbagai belahan dunia. Karena perubahan tidak mungkin terjadi jika masyarakatnya tidak memiliki wawasan yang luas”, Jelas Faisal yang belasan tahun menekuni seni pertunjukan.

Dalam situasi literasi masyarakat yang masih rendah tersebut, Yayasan Rumah Literasi Nusantara mengandeng pemerintah Desa Ketapang, Pengusuha, Perusahaan, Komunitas, Kelompok Pemuda dan Lembaga Pendidikan serta Media untuk bisa membuat sebuah komitmen bersama dalam mendukung kampanye literasi di Dusun Pancoran.

Kapala Desa Ketapang, Slamet Kasiono menegaskan bahwa semua perangkat desa siap mendukung program kampanye literasi. Karena Program Desa Literasi di Desa Ketapang merupakan program inovasi yang sangat erat kaitannya dengan pembangunan sumber daya manusia. Sudah berjalan setahun, program Desa Literasi memberi dampak yang positif bagi masyarakat. Karena tugas mendidik masyarakat adalah tangggungjawan yang harus diambil semua pihak.

“Tugas negara salah satunya adalah menyiapkan infrastruktur melalui kebijakan-kebijakan.Tapi, tugas membangun perubuhan sosial harus diambil bersama-sama khusunya mereka yang terdidik. Kami bersyukur punya patner kerja seperti Rumah Literasi Indoneisa di bawah Yayasan Rumah Literasi Nusantara. Yang konsen untuk melakukan kampanye literasi melalui gerakan inisiasi rumah baca ke seluruh dusun di Desa Ketapang”, pungkas Kepala Desa Ketapang, saat meresmikan Rumah Baca Pancoran.

Melalui Rumah Baca Pancoran, masyarakat memiliki harapan untuk mengembangkan wisata literasi. Yaitu, sejenis paket kunjungan atau perjalanan yang berkonten pendidikan dan pelatihan, didesain untuk pengunjung berbagai kategori umur dan kebutuhan, dari pelajar hingga professional. Destinasi wisata yang bersinergi dengan Rumah Literasi Indonesia yang selama memiliki kegiatan sosial bidang kampenye budaya baca melalui #1000rumahbaca. Wisata ini menggabungkan antara piknik dan pendidikan

Malam peresmian Rumah Baca Pancoran mengundang pihak LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) yang mempunyai kewenagan untuk memfasilitasi masyarakat yang tinggal di wilayah hutan negara. Hadir juga Ketua LPMD (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) serta Tokoh Masyarkat dan Tokoh Agama. Kegiatan tersebut dilaksanakan selam dua hari.

 

Hari pertama, masyarakat diajak untuk berdiskusi untuk mendesign mimpi besar dalam membangun Dusun Pancoran. Hari kedua, para pemuda dan relawan diajak menjelajah alam untuk menikmati “Sun Rise” di area Bukit Sambangan, Pancoran. Juga TOT (Traning of Trainer) untuk menjadi fasilitator outbond sambil menikmati makanan khas Pancoran yaitu Sambal Cenge/ Sambal Otok.

Malam harinya dimeriahkan oleh kehadiran Negri Dongeng Perfomance Institute melalui pertunjukan pantomim. Ada juga musisi asal kota Genteng yang menghibur warga dengan menyanyikan lagu-lagu bergenre reggae sehingga menambah semarak acara pembukaan Rumah Baca Pancoran. Dengan latar belakang pemandangan Selat Bali dan gemerlap lampu Kota Banyuwangi dilihat dari bukit. Puncaknya adalah Nonton Bareng Film Pendek, karya sutradara Faisal yang dibantu guru dan murid SLB Kalipuro berjudul “Jejak Kecil Kayla”.

 

Berkesempatan hadir, Kayla dan kedua orang tuanya sebagai actor utama film ini. Dingakat berdasarakan kisah nyata. Film ini mampu membius para penonton sehingga tak jarang langsung meneteskan air mata. Terlebih, saat selesai pemutaran film. Kayla dan Keluarganya berkenan testimoni di hadapan warga Pancoran, bercerita tentang proses pembuatan film dan kisahnya dalam mengasuh Kayla meskipun bukan sebagai anank biologis pasangan suami istri Samsul dan Sriyatin.

Selain pemerintah Desa Ketapang, Perusahaan ASDP Ketapang menjadi perusahaan pertama yang memberikan dukungan terhadap gerakan literasi di Desa Ketapang. Ada juga Artis/Penyanyi Fitri Carlina yang ikut mensupport #IURANPUBLIK (gerakan kerja barengan) yang juga menjadi Owner Banyuwangi Savana Cake. Termasuk keterlibatan Banyuwangi TV sebagai media patner yang telah lama menjalin komitmen bersama denagn Rumah Literasi Indoensia untuk memberikan tayangan televisi yang edukatif kepada masyarakat Bumi Gandrung.

 

 

#

Comments are closed