Ada banyak cara unik yang digunakan oleh para relawan pengelola rumah baca yang berjejaring dengan Yayasan Rumah Literasi Indonesia. Baru-baru ini salah satu rumah baca yang terletak di Dusun Gunung Remuk, Desa Ketapang mengajak anak-anak di sekitar rumah baca untuk berpetualang menjelajah perbukitan di Kaki Gunung Remuk yang lokasinya sekitar 5 km dari Rumah Baca Sahabat Kecil.

 

Nurul Hikmah, seorang relawan yang menginnisiasi Rumah Baca Sahabat Kecil. Berdiri sejak tahun 2012, diawalai dengan kegelisahannya melihat anak-anak di sekitar rumahnya yang belum memiliki sarana bermain dan belajar saat mengisi kekosongan waktu pasca pulang sekolah. Semangatnya bertambah ketika ia didukung oleh beberapa relawan yang dikenal melalui media sosial. Pertemuannya bersama relawan yang baru beberapa saat bertatap muka tersebut menghasilkan sebuah gagasan untuk membentuk komunitas Rumah Literasi Banyuwangi, yang saat ini dikenal dengan program Gerakan 1000 Rumah Baca. Sebuah ikhtiar untuk mengkampanyekan budaya literasi melalui sarana rumah bac yang dikelola secara mandiri hingga ke pelosok desa.

 

Literasik, sebuah program yang di dalamnya ada aktivitas belajar dan bermain setiap akhir pekan atau hari libur bersama anak-anak dan relawan pegiat pendidikan. Melalu kegiatan ini masyarakat bisa terlibat untuk mendukung aktivitas belajar dan bermain. Misalnya dengan metode outbond, fun games, kesenian dan memfasilitasi hobi anak-anak rumah baca, mulai dari melikis, menari, menulis, memainkan alat musik dan beragam minat lainnya.

Nurul Hikmah menjelaskan bahwa setiap orang bisa terlibat mengambil peran. Caranya yaitu melalui undangan / rekrutmen relawan di media sosial. Media ini sangat ampuh untuk mengajak orang-orang yang peduli akan pendidikan tanpa harus mendapatkan intruksi dari siapapun. Mereka terlibat dan  bergerak atas dasar niat yang tulus untuk berdonasi, baik berupa tenaga, waktu bahkan meteri.

 

“Nilai gotong-royong hari ini sudah mulai perlahan ditinggalkan. Padahal dengan semangat bekerja barengan, saya percaya banyak tantangan pendidikan bisa kita selesaikan bersama. Kami mengundang relawan hampir setiap event di rumah baca agar mereka yang hadir adalah mereka yang memang niatnya tulus untuk berdonasi, baik fisik maupun materi. Oleh karena ini kolaborasi harus menjadi ruh dalam setiap gerakan. Apalagi mereka yang memilih untuk mengambil peran di bidang literasi, belajarnya harus sepanjang hanyat”, jelas perempuan yang juga sebagai Founder TK/PAUD Sahabat Kecil.

Literasik Rumah Baca Sahabat Kecil kali ini mengusung tema “Kids Adventure”. Kegiatan ini memberikan kesempatan anak-anak rumah baca untuk belajar dari alam sekitar. Ada serangkaian kegiatan yang didapatkan, sejak pagi anak-anak diajak untuk bermain dan membentuk kelompok perjalanan. Diawali dengan berdoa bersama mereka dibekali hal-hal yang harus diperhatikan saat menjelajahi daerah perbukitan.

 

Selama perjalanan relawan mendampingi anak-anak dan bercerita tentang nilai-nilai kehidupan dengan media alam sekitar. Sebelum sampai di tempat tujuan yaitu salah satu lokasi sumber mata air yang sampai saat ini terjaga keberadaannya, anak-anak juga diajarkan bagaimana caranya bisa menjaga kearifan lokal di sekitar lingkungan mereka.

 

“Anak-anak terlihat antusias ketika diajak belajar dan bermain di alam. Dengan ini mereka akan mendapatkan pengalaman langsung tentang pentingnya menjaga lingkungan sekitar. Dan setiap rumah baca perlu mengembangkan metode belajar yang inovatif . Meningkatkan budaya baca tidak harus diawali dengan buku-buku bacaan, alam adalah sumber belajar yang sangat kaya jika para pengelola rumah baca melihat potensinya.” pungkas Nurul Hikmah.

Tak hanya belajar di alam, mereka juga mengikuti kelas mendongeng setalah selesai menikmati tantangan belajar di alam. Saat kembali ke rumah baca, mereka mengikuti kelas dongeng yang dipandu oleh  Wahyu Sasmita, karyawan di salah satu Hotel Berbintang di Banyuwangi ikut terlibat dalam kegiatan ini.

 

“Melalui dongeng, kita bisa memberikan pesan-pesan yang positif untuk anak-anak. Media yang saya gunakan adalah wayang yang terbuat dari kertas karton, kemudian saya buat beberapa tokoh cerita legenda. Media ini sangat efektif untuk mengajak anak-anak berdiskusi menyampaikan pesan melalui sebuah cerita”, jelas Wahyu Sasmita yang punya hobi bersepada.

 

 

Wahyu Sasmita juga menjelaskan bahwa ia akan rutin membuat Kelas Dongeng untuk rumah baca yang berjejaring dengan Yayasan Rumah Literasi Indoensia. Ia berharap melalui kegiatan ini banyak anak-anak atau relawan juga bagi masyarakat. Karena menurut dia, sebenarnya mendongeng itu mudah. Luangkan saja 10 hingga 15 menit sehari untuk menceritakan sebuah kisah kepada anak. Bisa dilakukan sebelum tidur siang, sebelum tidur pada malam hari,.Yang terpenting, lakukan dengan senang agar kita bisa total saat menyampaikan cerita.

 

 

 

 

#

Comments are closed