Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan juga merupakan suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki sebuah bangsa. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat. Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata “karakter” diartikan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, ( watak ). Dengan kata lain, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitudes), dan motivasi (motivations), serta perilaku (behaviors) dan keterampilan (skills).
Dengan makna seperti itu berarti karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik, atau sifat khas diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan bawaan sejak lahir. Seiring dengan pengertian ini, ada sekelompok orang yang berpendapat bahwa, baik buruknya karakter manusia sudah menjadi bawaan dari lahir. Jika bawaannya baik, manusia itu akan berkarakter baik, dan sebaliknya jika bawaannya jelek, manusia itu akan berkarakter jelek. Jika pendapat ini benar, pendidikan karakter tidak ada gunanya, karena tidak akan mungkin merubah karakter orang yang sudah ‘’taken for granted’’. Sementara itu, sekelompok orang yang lain berpendapat berbeda, bahwa karakter bisa dibentuk dan di upayakan sehingga pendidikan karakter menjadi lebih bermakna untuk membawa manusia memiliki karakter yang baik. Dari pengertian di atas dapat dipahami pula bahwa karakter identik dengan akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal, meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, sesama manusia, maupun dengan lingkungan. Yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat. Dari konsep karakter ini muncul konsep pendidikan karakter (character education).
Berangkat dari pemikiran bahwa segala proses belajar yang sekiranya dapat memperluas cakrawala pemikiran sebaiknya disebarluaskan. Literasi seni dalam hal ini, di harapkan memiliki peran dan manfaat sebagai salah satu medium penunjang bagi pengembangan pendidikan karakter berbasis seni dan budaya di masa yang akan datang. Ketertarikan saya pada bidang seni dan budaya tidak hanya menjadi wacana atau minat sekolompok orang yang berlatar belakang seni saja. Dalam dunia literasi, medium seni entah itu seni rupa, drama, puisi, pantomime, musik dan tari adalah salah satu ruang bermain dan belajar dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk mengeksplorasi potensi sebagai sebuah pengalaman belajar yang asyik dan menyenangkan di sekolah. Khusus untuk drama dan pantomim, kedua medium seni tersebut pada dasarnya bersifat improvisasi dengan tujuan pencarian pengetahuan yang meliputi setiap aspek dalam kepribadian anak, baik itu, – spiritual, moral, emosional, intelektual, dan fisik. Dalam membuat drama, anak memasuki sebuah konteks imajinasi (dunia drama), melalui penampilan fiksi tentang karakter pada lingkup tertentu. Dalam konteks pendidikan dasar, drama edukatif memberikan anak-anak kesempatan untuk tampil di panggung dan membiarkan mereka mengekspresikan dirinya. Di dalam drama anak akan mendapatkan kesempatan mengekspresikan dirinya melalui satu fokus pada peran, aksi, ketegangan, yang di mainkan dalam waktu dan ruang. Dalam pendidikan drama, anak belajar untuk menyusun elemen-elemen ini dengan menggunakan konvensi dramatis, tehnis, dan tehnologi, untuk menciptakan dunia imajinasi. Melalui bermain peran dengan tujuan (purposeful play), baik secara individual maupun kolaboratif, mereka menemukan bagaimana menghubungkan imajinasi, pikiran, dan perasaan. Pada saat anak belajar tehnik drama, mereka belajar untuk menggunakan bahasa lisan dan tertulis dengan kontrol dan kepercayaan diri yang bertambah, dan juga untuk mengkomunikasikan secara efektif bahasa tubuh, gerakan dan ruang. Pada saat mereka melakukan pertunjukan, menganalisa, dan merespon berbagai bentuk drama dan teater, mereka mendapatkan apresiasi lebih dalam terhadap warisan budaya mereka yang sangat kaya. Dengan drama yang mereka ciptakan dan tampilkan, anak berefleksi dan memperkaya kekayaan budaya, sekolah, komunitas, dan keluarganya.
Sementara bagi sebagian besar masyarakat lainnya, kesenian secara umum masih sebatas media hiburan saja. Padahal seni, entah itu seni rupa, sastra, musik, tari, drama, dan seni pantomim tanpa di sadari telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Jika kita cermati seni apapun bentuknya lewat karya-karyanya, seniman sebenarnya ingin menyampaikan perasaan, pemikiran dan analisisnya tentang realitas kehidupan entah itu kritik sosial, kebahagiaan, maupun duka. Mengutip apa yang dikatakan TS Eliot seorang penyair terkenal, mengatakan bahwa masa lalu dan juga masa depan adalah masa kini. Pernyataan ini menegaskan bahwa masa lalu tidak mungkin di abaikan dalam memahami kekinian sekaligus masa depan. Masa lalu bukanlah artefak yang membatu tanpa makna, apalagi masa lalu tersebut merupakan jejak peradaban di setiap jamannya.
Tugas seniman dalam hal ini adalah mendokumentasikannya dalam bentuk karya, entah itu dalam bentuk prasasti, – jejak peninggalan peradaban kuno, juga karya seni rupa pada abad pertengahan mulai dari aliran realis hingga abstrak, dan seni musik yang terus berkembang mulai dari jaman barok, klasik, romantic music, modern hingga alternatif, juga puisi yang terus mengalami perkembangan sesuai dengan jamannya, naskah drama yang tak mungkin berhenti dari kreatifitas dan inovasi yang terinspirasi dari kehidupan masyarakat yang terus bergerak dinamis. Berkaitan dengan kesenian, masyarakat secara umum dapat di bagi dalam tiga kelompok. Pertama, adalah kelompok terbatas, yaitu mereka yang di sebut seniman dan pekerja seni yang terlibat secara aktif dan terspesialisasi. Kedua, adalah mereka yang terlibat secara pasif atau aktif sebagai konsumen dalam katagori penikmat dan pecinta seni. Kemudian kelompok yang ketiga dan mungkin prosentasenya lebih banyak, yaitu mereka yang pasif dalam arti tidak asing dengan kesenian, tetapi juga tidak memiliki pilihan jenis kesenian yang digemari secara spesifik.
Banyak faktor yang melatar belakangi seseorang masuk dalam salah satu katagori kelompok masyarakat di atas. Namun pengelompokan itu bukan satu-satunya tolok ukur minimnya apresiasi masyarakat di Indonesia terhadap kesenian, meskipun kesenian memiliki sejarah yang sama tuanya dengan usia kehidupan ini. Pada hakekatnya kesenian bukan suatu hal yang sama sekali baru atau amat luar biasa kehadirannya baik itu kesenian tradisional maupun modern. Namun demikian tetap menarik untuk mengetahui manfaat dan perkembangannya saat ini. Karena sejarah dan eksistensi seni tradisi memiliki peran terhadap nilai-nilai budaya dimana Indonesia kaya akan keberagaman suku. Kuatnya akar etnisitas mempengaruhi karakter budaya sebuah bangsa yang tidak hanya tercermin dari budaya kearifan lokal masyarakatnya, atau estetika gerak dan musik trdisionalnya saja, tetapi kedalaman makna filosofi dari setiap pesan yang di sampaikan tergambar begitu jelas dari simbol-simbol informasi peradaban dari karya-karya seniman maupun pujangga pada jamannya.
Dengan ke bhinekaan suku bangsa dan budayanya, Indonesia memiliki musik dan tari daerah yang tak terhitung banyaknya. Selain sebagai ilustrasi atau pengiring, musik juga menjadi sarana pendukung utama untuk melengkapi dan menyempurnakan beragam bentuk kesenian dalam berbagai budaya. Salah satu contoh adalah bidang seni musik dan tari, (tradisional, modern), jika kita cermati, kehadiran seni musik dan tari sebagai bagian dari kehidupan manusia bukanlah hal baru. Setiap budaya di dunia memiliki musik dan tari yang khusus diperdengarkan atau di mainkan berdasarkan peristiwa-peristiwa bersejarah dalam perjalanan hidup manusia. Kolaborasi dua medium seni tersebut mendokumentasikan gambaran peradaban budaya masyarakat disetiap jamannya. Ada musik dan tari yang dimainkan untuk mengungkapkan rasa syukur atas kelahiran seorang anak, ada juga musik dan tari yang khusus mengiringi upacara-upacara keagamaan, panen raya, pernikahan dan masih banyak lagi upacara-upacara yang merefleksikan penghormatan dan rasa syukur manusia kepada sang maha pencipta.
8 Responses
The point of view of your article has taught me a lot, and I already know how to improve the paper on gate.oi, thank you. https://www.gate.io/uk/signup/XwNAU
I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article. https://www.binance.com/ka-GE/register?ref=PORL8W0Z
cialis buy online Anise seed is a powerful plant that is rich in many nutrients and boasts a wide array of health benefits
order prednisone online no prescription: http://prednisone1st.store/# buying prednisone from canada
blog comments spam
uyxyumylc mnhyc ssvdpoh owjd qrfgbexwfvobpjc
qtuujykru egfns oraswbe fwxe ijduqtvwxsezamu
… [Trackback]
[…] Here you will find 94075 additional Info on that Topic: rumahliterasiindonesia.org/literart-pendidikan-karakter-berbasis-seni-dan-budaya/ […]
… [Trackback]
[…] There you can find 68027 additional Information on that Topic: rumahliterasiindonesia.org/literart-pendidikan-karakter-berbasis-seni-dan-budaya/ […]