Oleh : Nurul Hikmah (PM Gerakan 1000 Rumah Baca)
Inspirasi Sekolah Literasi kembali menyapa sekolah. Sebuah inisiatif bergerak kaum muda atas keprihatinan terhadap kondisi pendidikan kita hari ini. Program yang selalu hadir di bulan November dalam rangka memperingati Hari Pahlawan ini sudah memasuki jilid ke 7. Sebuah bentuk penghormatan anak-anak muda atas perjuangan para pahlawan kemerdekaan, dengan cara menjadi relawan (pejuang) mengisi dan melunasi janji kemerdekaan : mencerdaskan kehidupan bangsa.
Inspirasi Sekolah Literasi adalah salah satu cara berkontribusi ala millenial untuk membantu sekolah -sekolah pelosok di Banyuwangi dalam menumbuhkan spirit kemerdekaan belajar warga sekolah. Juga tak kalah pentingnya adalah misi pengembangan inovasi perpustakaan sekolah sebagai salah satu sumber belajar. Menghidupkan kembali perpustakaan sekolah yang mati sebagai jantung literasi sekolah.
Fais Zhatur Rosida, selaku ketua panitia penyelnggara program ISL Jilid 7 ini mengapresiasi peran kaum milenial yang mau terlibat dalam iuran publik. Karena tak banyak kaum muda hari ini yang mau mengambil tantangan untuk terjun langsung ke sekolah-sekolah untuk membantu uaya peningkatan literasi warga sekolah.
“Awalnya pesimis karena kami tahun ini harus merayakan semangat Hari Pahlawan di tengah pandemi. Tapi, menariknya anak-anak uda yang mendaftar jumlahnya lumayan banyak”, ungkap Fais yang sekaligus sebagai PM Content Creator di Rumah Literasi Indonesia.
Meski dimasa pandemi, gerakan iuran publik yang digagas para relawan Rumah Literasi Indonesia masih terus hadir. Rumah Literasi Indonesia mengajak anak-anak muda untuk menjadi role model, menjadi sumber inspirasi, menggandakan semangat, menyebarkan harapan dan optimisme. Hal-hal yang selama ini terlihat defisit di pelosok-pelosok.
Sejak November 2014 Rumah Literasi mengundang Dan membuka peluang bagi bakat – bakat muda terbaik, dari berbagai disiplin ilmu untuk terlibat dalam perbaikan – perbaikan atas masalah pendidikan di sekitar kita. Setiap tahun kami bertemu dengan puluhan anak-anak muda dari berbagai daerah yang mendaftar program ISL.
Afandi, pemuda yang mendaftar sebagai Relawan Inspirator mengaku senang bisa terlibat dalam program ISL tahun ini. Mahasiswa yang menekuni dunia videografi ini menjadi guru selama 1 hari dan mnginspirasi tentang profesinya di era industri kreatif kepada anak-anak di ruang kelas.
“Saya merasa tergerak untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan ini. Saya merasakan energi yang positif saat berkumpul dengan para relawan. Meskipun saya bukan seorang guru, disini saya punya semangat belajar untuk bisa berbagi cerita di depan adik-adik usia sekolah dasar. Dan ini pengalaman yang sulit untuk dilupakan”, ungkap Afandi Mahasiswa yang sedang menimba ilmu di Kota Apel.
Selama 3 hari relawan terpilih belajar merumuskan metode pembelajaran yang menyenangkan dan dengan menggunakan pendekatan memanusiakan hubungan. Sebuah metode yang berorientasi pada anak dengan konsep merdeka belajar. Tiga hal yang ttidak boleh dilupakan dalam proses belajar mengajar merdeka belajar : memiliki tujuan belajar, kemandirian dan refleksi.
Selama 3 hari pula peserta di wajibkan membiayai sendiri kegiatan sosial pendidikan ISL. Dengan Iuran publik kegiatan ini menjadi lebih terasa mengharukan dan mengirimkan pesan optimis pada kita semua bahwa Indonesia masih memiliki generasi muda yang peduli dan mengambil tanggung jawab atas kondisi pendidikan di pelosok yang mengalami banyak ketimpangan dan keterbatasan.
Puncak acara para relawan juga diajak camping di perbukitan dekat sekolah sasaran. Saat malam hari mereka diajak untuk refleksi tentang 2 hari perjalanan mengabdi di sekolah yang kondisinya masih belum mendapat perhatian maksimal baik dari pemerintah maupun sektor swasta.
Mola Maulidi, selaku Project Manager ISL menutup acara di malam refleksi dengan mengucapkan selamat kepada seluruh relawan muda yang pernah, sedang dan akan terus terlibat pada masalah – masalah pendidikan di daerah. Termasuk berterimakasih telah menjadi bagian dari ikatan untuk membangun “Indonesia Kita” dengan spirit tetap “Bergerak Dari LIterasi”.
Comments are closed