Potensi jernih dan bening hati milik semua manusia. Memahami dan menginsafi bahwa semua manusia di bekali kejernihan nurani ini penting, sebab sampai saat ini kebanyakan kaum agamis salah paham dan menyangka kebeningan dan cahaya diri hanya milik mereka.

Mereka menyangka potensi untuk hidup lurus, sejalan dgn kehendak Tuhan, dan harmonis dgn kebaikan dan kebenaran hanya di peruntukkan bagi mereka, padahal semua manusia berpembawaan suci dan sama2 di bekali nurani.

Banyak yg salah paham dan mengaku paling benar, paling berpotensi masuk surga, paling agamis dan sunnah. Selain komunitas dan kelompoknya di anggap bid’ah atau bahkan kafir. Inilah problem berat dan jarang di introspeksi.

Kesamaan fitrah manusia yg lahir di barat, timur, utara, ataupun selatan tetaplah sama2 berpotensi menjadi manusia yg baik, jujur, dan adil. Jika kita mau jujur dan adil, wacana tanggung jawab sosial perusahaan (sosial corporate responsibility, CSR) dan etika bisnis lahir dari kepengapan dan kegerahan nurani2 suci pengusaha2 non muslim di barat.

Reformasi birokrasi yg sarat KKN menuju tata kelola pemerintahan yg baik dan benar serta gerakan anti korupsi, kolusi dan nepotisme justru di tiup kencang oleh negara2 non muslim.

Begitu juga aktivis2 Green Peace, yg menyuarakan nurani sadar dan insaf akan masa depan lingkungan hidup, muncul dari sosio budaya politik barat yg sering kita tuduh sekuler, anti agama, dan berada dalam kejahiliahan modern.

Dorongan nurani pulalah yg menggerakkan pemimpin Jepang melakukan harakiri bila kepergok atau ketahuan melakukan tindakan memalukan dan kehinaan di mata rakyatnya. Yang aneh dan menggelikan justru apa yg terjadi di negara2 dgn klaim negara agamis, kesalahan dan kemaksiatan tidak lagi dianggap perbuatan tabu dan memalukan.

Manusia tetaplah manusia dgn kecenderungannya yg memiliki kesucian dan kebaikan (hanif) dimanapun ia hidup dan bertempat tinggal. Tuhan Yang Maha Esa milik barat, timur, utara, dan selatan.

#hening

 

Faisal Riza

#

Comments are closed