Siapa yang tak kenal desa Bakungan. Desa yang terkenal dengan budaya tari seblangnya. Tari yang menjadi kearifan lokal masyarakat setempat. Hingga saat ini masyarakatnya masih terus menjaga kelestarian seblang. Masyarakatnya ramah dan pemudanya produktif. Seperti yang dilakukan sekelompok anak muda yang juga aktif di karang taruna memulai ikhtiar untuk terlibat digerakan literasi.
Kelompok pemuda ini terinspirasi dari aktivitas Yayasan Rumah Literasi Indonesia (RLI) yang menggagas ‘’Gerakan 1000 Rumah Baca’’. Sebuah usaha untuk meningkatkan budaya baca bagi masyarakat Banyuwangi dengan menginisiasi rumah baca atau taman baca mandiri hingga ke pelosok desa. Awalnya para pemuda kelurahan Bakungan ini mengawali niat membangun rumah baca dari obrolan singkat bersama salah satu relawan RLI keberhasilan mengubah Poskamling menjadi sarana edukasi (belajar dan bermain) bagi masyarakat sekitar. Kak Eris salah satu relawan menjelaskan bahwa Poskamling yang identik dengan pusat interaksi warga untuk melakukan beragam kegiatan kemasyarakatan.
‘’Poskamling sudah banyak ditinggalkan oleh masyarakat, sehingga kondisinya banyak yang terawat karena tidak ada aktvitas warga. Terlebih lagi Poskamling identik hanya dijadikan tempat untuk ronda malam saja. Oleh karena itu, kami bersama para pemuda kelurahan Bakungan mencoba memanfaatkan Poskamling sebagai sarana belajar dan bermain dengan berkolaborasi mendidik bersama Rumah Literasi Indonesia’’, ungkap mas Eris relawan yang juga menggagas taman baca Poskamling.
12 November  dipilih menjadi hari pembukaan Taman Baca Poskamling Bakungan karena selain hari minggu, kegiatan dilakukan untuk memperingati Hari Pahlawan Nasional. Ada beragam kegiatan yang dilakukan pada saat itu, antara lain ; menggambar dan mewarnai, bernyanyi, fun game, pantomim, kuis, menulis pohon harapan dan donasi buku dari Yayasan RLI.
Kak Maliki selaku koordinator penggerak relawan di yayasan RLI menjelaskan bahwa anak-anak di desa harus diberi ruang belajar dan bermain. Karena ini adalah hak anak yang sering kali diabaikan oleh masyarakat, termasuk kita sebagai orang dewasa. Untuk itu, relawan RLI mengapresiasi pemuda Bakungan yang memiliki niat yang kuat untuk menginisiasi rumah baca.
‘’Pemuda harus produktif dan memiliki ide dan gagasan yang kreatif. Karena anak-anak disekitar kita adalah generasi milenial. Semua informasi sangat terbuka dan banyak media pembelajaran yang bisa diakses melalui internet. Peran relawan sangat diperlukan sebagai pendamping belajar dan menciptakan ekosistem pendidikan yang baik. Termasuk pemuda harus mampu menjaga kearifan lokal’’ , ungkap Maliki relawan yang sedang giat mengasah kemampuan bermain peran dikelompok humor Roejag Ketjut.
Tidak hanya belajar bersama anak-anak. Para pengelola dari kelompok pemuda tersebut mengikuti kelas  relawan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas relawan dalam mengelola taman baca agar memiliki metode pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. Ada sekitar kurang lebih sepuluh pemuda yang mengikuti kelas ini. Mereka sangat antusias dan senang bisa berkolaborasi dengan para relawan literasi.
Ini adalah rumah baca/taman baca ke 52 yang bersinergi dengan Yayasan Rumah Literasi Indonesia. Para relawan akan terus mengkampanyekan budaya literasi agar minat dan daya baca masyarakat semakin meningkat. Semakin banyak elemen yang terlibat maka upaya dalam mendukung ketersedian akses buku-buku bacaan yang berkualitas akan lebih mudah, dan anak-anak dapat tumbuh dengan karakter yang berbudi dan berwawasan.
Comments are closed