Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan yang jatuh setiap tanggal 10 November, RUmah Literasi Indonesia kembali mengajak para professional muda dari beragam profesi dan keilmuan untuk terlibat mengikuti program Inspirasi Sekolah Literasi (ISL). Sebuah kegiatan yang dilakukan secara periodik berupa kunjungan ke sekolah dengan tujuan memberi gambaran imajinasi tentang cita cita bagi para murid murid di sekolah termasuk mendorong agar pengelolaan perpustakaan sekolah menjadi tempat sumber belajar yang menyenangkan. Kegiatan ini didesain sedemikian rupa lebih pro aktif, menjemput bola dan mendekatkan diri dengan komunitas pendidikan melibatkan sekolah, orantua dan masyarakat.
Lokasi ISL jilid 5 kali ini berlokasi di Dusun Sumbergandeng, Desa Kandangan Kecamatan Pesanggaran. Tepatnya di SDN 2 Kangangan. Jaraknya sekitar 70 km dari pusat kota Banyuwangi. Berada di area PTPN XII, sekolah ini memang jauh dari akses. Jalan menuju sekolah dari Pos Pengamanan Sumber Jambe belum diaspal sehingga jalanan berbatu dan bergelombang. Jika musim penghujan turun, pengendara perlu konsentrasi agar tidak terpelset saat melitas di atas kubangan.
Noval Harwin, selaku Team Leader yang bertugas memimpin rombongan relawan merasa perjalanan menuju ke lokasi diperlukan kesiapan prima. Baik yang berkaitan dengan fisik maupun mental, termasuk dari sisi kendaraan yang digunakan.
“Pejalanan yang memakan waktu 3 jam ini diperlukan kesiapan yang matang. Relawan yang jumlahnya puluhan ini harus diberi bekal tentang aturan berlalu lintas saat jalan beriringan. Yang paling penting juga kondisi fisik pengendara harus sehat”, ungkap Noval
Relawan yang bergabung di ISL jilid 5 ini akan melaksanakan kegiatan selama 3 hri 2 malam. Terhitung sejak tanggal 9-11 November 2018. Mereka akan tinggal dan berinteraksi langsung dengan warga sekitar di lingkungan sekolah. Tanpa ada signal telepon dan terkadang jika musim hujan angin turun, sering terjadi pohon tumbang yang mengakibatkan listrik padam.
Hari pertama relawan diajak untuk melakukan observasi lingkungan, membuat sebuah rencana kerja yang dibagi menjadi 3 kelompok. Salah satu hasil observasinya yang ditemui, sekolah belum memiliki perpusatakaan. Sehingga rencana aksi yang diprioritaskan adalah mendesign pojok baca di salah satu kelas sebagai stimulus kepda sekolah. Dengan harapan, kelas lain akan meniru dan mempu membuat pojok baca di kelas masing-masing. Relawan juga menyumbangkan buku-buku bacaan untuk anak-anak yang didapat dari iuran publik.
Hari kedua, relawan fokus pada kegiatan literasi. Diawali dengan upacara peringatan Hari Pahlawan, DIpimpin langsung oleh Kepala Sekolah SDN 2 Kandangan, warga sekolah dan relawan melaksanakan upacara dengan hikmat.
Setelah upacara, masing-masing kelompok menuju ke kelas yang sudah dibagi untuk melaksanakan kegiatan “Kelas Literasi”, yaitu memberkan kesempatan kepada relawan inspirator (Profesional) untuk bercerita pengalaman profesinya di depan kelas. Ada beragam profesi yang terlibat, diantaranya, Penulis, Dosen, Sociopreneur, Duta Kebudayaan dan Penari.
Rizka, perempuan yang mencintai dunia tari ini merasa senang bias diberi kesempatan mengajar di depan adik-adik sekolah dasar. Ia melihat anak-anak memiliki potensi yang luar biasa, hanya saja belum diasah dengan optimal.
“Saya tahu betul, anak-anak banyak yang mencintai dunia seni khsusunya seni tari. Mereka harus diberi ruang untuk dapat berekspresi dan mengasah kecerdasan uniknya, sehingga mereka bias ikut menjaga kearian lokal yang ada di Bumi Blambangan”, ungak Rizka yang masih menempuh pendidikan di Surabaya.
Tak hanya di ruang kelas, anak-anak juga diajak bermain di luar kelas melalui kegiatan permainan edukatif. Masing-masing kelompok menggunakan metode yang beragam, salah satunya menggunakan alat bantu permainan tradisional.
Malam harinya, relawan menyiapkan acara “Panggung Literasi”. Menampilkan karya anak-anak sekolah serta pertunjukan dari relawan literasi. Wali murid pun diundang untuk bias menyaksikan langsung karya anak mereka. Pertunjukan dimulai dengan nonton bareng film pendidikan karya kolabirasi Rumah Literasi Indonesia dengan beberapa komunitas, yaitu film “Jejak Kecil Kayla”. Film yang bertema tentang pendidikan inklusi menjadi pintu masuk untuk mengkampanyekan pentingnya menempuh pendidikan kepada orangtua murid.
Satu per satu anak-anak dengan penuh semangat menampilkan karya terbaiknya. Mulai dari paduan suara, tarian kolosal, drama, menyannyi dan puisi.
Aji Bahlewi, fotografer sekaligus videografer yang mengabadikan semua momen merasa senang dan bangga melihat karya anak-anak sekolah. Dengan keterbatasan yang ada mereka mampu membuat karya seni yang apik.
“Sebagai fotografer saya melihat kegiatan Panggung Literasi ini begitu megah. Meja yang disusun menjadi panggung, papan tulis yang disulap menjadi latar belakang serta lampu penerang minimalis justru terlihat artistik di malam harinya. Apalagi saat anak-anak berdiri dan mempersembahkan sesuatu untuk para guru, orangtua dan relawan”, ungkap Ajie.
Di hari terakhir, anak-anak dan relawan mengadakan kegiatan “Tadabur Alam”, menyusuri sungai dan perkebuanan di dekat sekolah. Selama perjalanan setiap kelompok diberikan tantangan untuk melakukan observasi sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup manusia.
Pengalaman belajar selama 3 hari ini tentu memberikan kesan positif bagi anak-anak dan pihak sekolah. Sekolah bisa belajar tentang kekuatan utama pendidikan yaitu interaksi sesama manusia. Melalui program ISL, Kepala SDN 2 Kandangan berharap agar anak-anak bisa lebih memiliki warna terhadap cita-cita di masa depannya dan memastikan setiap kelas memiliki pojok baca untuk mendekatkan anak-anak dengan sumber belajar yaitu buku.
Comments are closed