Pertumbuhan ekonomi Indonesia menduduki peringkat ke 3 di dunia. Dilain sisi ketimpangan ekonominya sangat memprihatinkan. Satu persen orang Indonesia menguasai setengah kekayaan nasional. Sedangkan 90 persen penduduk hanya memiliki seperempat bagian. Ironi. Padahal ekonomi adalah adalah tolok ukur utama kesejahteraan masyarakat. Ekonomi bagus, pendidikan dan kesehatan juga akan terjamin. Contoh adalah Negara-negara dengan stabilitas ekonomi yang baik seperti Swedia, Belanda, Inggris jarang sekali bermasalah dengan urusan pendidikan. Institusi pendidikan terbaik banyak berdiri di sana. Kesehatan? Jika banyak uang, orang jarang pusing. Jarang pusing berarti sehat 🙂 Janji Pak Jokowi kondisi ini akan terus diperbaiki. Kata Bu Menteri harap tenang, pemerintah sedang bekerja. Kata Pak DI, Lha kok kamu diam saja? Kata Pak Gubernur, mari turun tangan bersama!
Memang ini bukan tugas pemerintah semata. Kita selesaikan bersama-sama. Adalah suatu kewajiban menyerahkan negeri ini dalam kondisi yang lebih baik dari sebelumnya kepada generasi setelah kita. Caranya?
Sociopreneur! menjadi pengusaha dengan kepekaan sosial tingkat tinggi. Ini semacam irisan antara lembaga sosial dengan dunia bisnis. Tujuan utamanya adalah menyelesaikan permasalahan sosial. Tidak sekedar mencari untung, sociopreneur adalah usaha merancang sebuah sistem, menawarkan solusi dan mengajak masyarakat untuk keluar dari permasalahan ekonominya.
Berikan alat pancingnya, latih pemancingnya, dan biarkan para pemancing menikmati ikan yang didapat. Sociopreneur sebagai toko alat pancing hanya menyediakan aksesoris dan beberapa umpan saja. Toko pancing tetap dapat untung, pemancing mendapat ikan.
Sociopreneur adalah cara mengajak masyarakat untuk sukses bersama-sama. Bagaimana memulainya? Mulailah dari yang kecil. Misalkan, dari desa, dengan sedikit orang terlebih dahulu. Mengawali sesuatu dengan hal kecil ibarat menanam benih. Ada tahapan yang harus dilewati sebelum nanti menjadi pohon yang kokoh.
Seperti yang dicontohkan oleh Profesor Muhammad Yunus, seorang sociopreneur dari Bangladesh yang mengawali membangun Grameen Bank dengan memberikan pinjaman sebesar 27 dollar kepada 42 orang pengrajin bambu di desanya. Dalam pandangan Prof. Yunus, mereka bukan orang malas dan bodoh. Mereka menjadi miskin karena tidak pernah diberi kesempatan oleh lembaga finansial atau bank untuk mengembangkan basis ekonomi mereka. Jikapun ada kesempatan untuk mendapatkan pinjaman, biasanya itu dilakukan oleh rentenir dengan menarik bunga yang cukup besar. Setelah 44 tahun berdiri, Grameen Bank berkembang menjadi sebuah bank yang mempunyai 2500 cabang yang menyediakan kredit bagi 7 juta rakyat Bangladesh. Masih dengan konsep yang sama ketika mereka memulainya dulu. Bunga sangat rendah dan tanpa jaminan.
Indonesia punya banyak stok sociopreneur, dan kebanyakan adalah anak muda. Nadim Makarim salah satunya. Pendiri Go-Jek ini berhasil merevolusi industri transportasi ojek. Berawal dari diskusi sederhana dengan tukang ojek langganannya, Â ia menemukan kenyataan bahwa hampir sebagian besar tukang ojek menghabiskan waktu hanya untuk menunggu pelanggan yang menghampiri, dan susah untuk mencari pelanggan. Dilain sisi kemacetan di Jakarta makin memperburuk keadaan, maka ia berpikir sangat dibutuhkan sebuah layanan transportasi yang cepat serta pengiriman yang cepat untuk membantu warga jakarta. Hasil dari obrolan tersebut, terciptalah aplikasi Go-Jek yang sekarang sudah digunakan oleh puluhan ribu orang dan berhasil mensejahterakan 20.000 lebih driver Go-Jek yang tersebar di seluruh Indonesia. Nadim Makarim, juga besar karena memulai dari hal-hal kecil dan berinisiatif untuk menyelesaikan permasalahan sosial.
Percayalah jika kemampuan kita untuk memperbaiki negara ini bisa lebih cepat dari usaha negara itu sendiri. Program-progam semacam bantuan tunai sudah tidak relevan lagi di era sekarang. Orang semakin cerdas, teknologi semakin canggih, tuntutan untuk bersaing semakin tinggi. Jika kita diam, kita tergerus. Kesenjangan semakin melebar. Ada ribuan orang diluar sana yang terbatas pengetahuannya, terbatas pula aksesnya. Ambilah peran untuk menjadi jembatan. Menjadi penghubung antara ide dengan tindakan.
John tata.
Comments are closed