Inspirasi Sekolah Literasi (ISL) bulan November 2021 kembali digelar oleh Rumah Literasi Indonesia dalam rangka merayakan Hari Pahlawan Nasional. Kegiatan reguler ini cukup menyedot perhatian para penggerak literasi di Jawa Timur. Relawan yang terlibat tak hanya dari Banyuwangi, namun juga dari Trenggalek, Kediri, Bojonegoro dan Jember.
Berlokasi di SDN 5 Tegalharjo, Kecamatan Glenmore, sebuah lokasi sekolah yang aksesnya lumayan sulit untuk dilalui. Letaknya di tengah perkebunan kopi, ketika musim hujan tiba, jalan berbatu dan berlumpur menjadi tantangan bagi setiap orang yang melintas.

DIbutuhkan konsentrasi untuk mengendarai sepeda motor atau kendaraan roda empat. Seperti yang dialami para relawan ISL, beberapa dari mereka harus rela tergelincir karena jalan licin atau terperosok ke dalam lumpur. Kendaraan roda empat pun demikian, sesekalai harus berhenti karena roda tak bisa bergerak akibat masuk ke dalam kubangan lumpur yang licin.
Lilis I.R., Project Manager Inspirasi Sekolah Literasi menjelaskan bahwa program ini dijalankan untuk memilih sekolah-sekolah yang aksesnya sulit. Selain itu, sekolah yang menjadi target program, kondisi perpustakaannya perlu sentuhan karena sumber belajar yang terbatas, ruang belajar yang tidak ramah dan pengelola perpus tersebut butuh ditingkatkan kapasitasnya.
“Kami memang fokus menjalankan project ini satu sekolah. Dengan cara ini pengembangan gerakan literasi di sekolan bisa lebih berkaulitas. Meskipun permintaan dari berbagai sekolah lain itu sangat banyak, namun kami harus menentukan satu yang menjadi prioritas untuk diajak kolaborasi di program ISL tahun ini”, tegas Lilis I.R.

Selama 3 hari relawan yang dinyatakan lolos dan terlibat dalam program harus benar-benar meninggalkan seluruh rutinitas yang berkaitan dengan pekerjaannya. Mereka harus fokus untuk hadir sepenuh hati di sekolah untuk menjadi teman belajar yang menyenangkan selama 3 hari. Tak hanya kepada siswa-siswa sekolah tapi seluruh warga sekolah maupun masyarakat sekitar.
Sekolah pun menyambut antusias program ISL jilid 9 ini, pasalnya SDN 5 Tegalharjo sangat jarang sekali dikunjungi oleh pihak luar semacam komunitas yang memang konsennya di bidang literasi. Bahkan, perhatian terkait pengembangan gerakan literasi dari pemerintah sendiri belum ada.

Fadilah, Kepala SDN 5 Tegalharjo menyampaikan apresiasinya terhadap program Inspirasi Sekolah Literasi jilid 9. Ia sangat senang melihat semangat anak-anak di pelosok yang dengan penuh suka cita menyambut kehadiran para relawan karena selain membawa suasana baru, anak-anak juga diberi kado yang berharga berupa buku-buku bacaan yang berkualitas.
“Saya melihat tidak hanya anak-anak yang antusias, tapi orantuanya pun ikut senang karena ada kegiatan seru selama 3 hari ni sekolah. Para guru pun mendapatkan banyak inspirasi tentang pentingnya menyediakan ruang bermain dan belajar yang ramah. Khsusnya keberadaan perpustakaan harus menjadi lokasi yang nyaman bagi anak-anak untuk membaca.” ungkap Fadilah
Hari kedua menjadi hari yang ditungu-tunggu oleh relawan dan anak-anak. Sebab, mereka akan belajar selama 1 hari di dalam kelas dan di luar kelas. Kegiatan ini dinamakan “Kelas Literasi” dimana para relawan inspiratory akan mengenalkan profesinya sambil menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter untuk menjadi orang yang sukses di masa depan.

Kak Ferry, Pendongeng asal Bojonegoro ini sengaja jauh-jauh datang dari ujung barat Jawa Timur ini karena terpanggil untuk menjadi bagian dari program Inspirasi Sekolah Literasi tahun ini. Ia ingin menyapa anak-anak Banyuwangi yang punya semangat tinggi untuk belajar meskipun mereka tinggal lokasinya terpencil.
“Melalui program ISL ini saya melihat bahwa masih banyak anak-anak muda yang memiliki kepedulian tentang Hak Pendidikan bagi setiap anak. Sehingga kita harus sering mengabarkan kepada publik bahwa di Banyuwangi ada kegitan yang bisa menjadi ruang bagi anak muda dalam mengasah spirit kerelawanannya”, ungkap Kak Ferry
Dalam upaya menumbuhkan gerakan literasi di sekolah, ratusan eksemplar buku didonasikan untuk perpuastakaan yang disulap oleh para relawan. Memanfaatkan gedung sekolah yang ada, sebuah pojok baca dihias dengan mural yang penuh warna. Buku-buku di tata agar anak-anak mudah menjangkaunya. Dibutuhkan waktu 5 jam untuk menjadikan pojok baca tersebut bisa menjadi area yang menyenangkan untuk membaca.

Yang tak kalah seru, pada malam harinya sebuah panggung sederhana disiapkan untuk melihat pertunjukan dari anak-anak dan para relawan. Kami menyebutnya “Panggung Literasi”. Ada banyak sekali aksi panggung yang seru, mulai dari tarian, seni bela diri, teater anak, puisi dan juga mendongeng.
Sebagai puncak acara, apai unggun besar disiapkan oleh masyarakat sekitar untuk menjadi symbol semangat dalam rangakain acara ISL tersebut. Para relawan membentuk lingkaran dan menyanyikan lagu-lagu yang riang gembira sebelum pulang ke rumah masing-masing.

Suasana suka cita begitu terasa, terlebih lagi saat penutup acara ISL ini digelar acara refleksi seluruh para relawan dengan melingkari api unggun yang masih menyala. Satu per satu relawan menyampaikan kesan dan pesannya saat terlibat selama 3 hari di program ISL.
Selain ungkapan suasana kebahagiaan pada malam itu, para relawan juga menyampaikan rasa syukurnya karena bisa menjadi saksi atas perubahan-perubahan kecil yang ada di sekolah tersebut. Melihat anak-anak yang tetap memiliki api semangat untuk belajar di sekolah, pojok baca yang lebih nyaman dan berwarna, buku-buku yang berkualitas serta cita-cita yang terus dilangitkan adalah pengalaman yang tidak bisa digantikan dengan apapun.
Comments are closed