Oleh Faisal Riza
Sering kali kita mendengar kata ‘seni’ melekat menjadi ungkapan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti seni dalam menjalani hidup, seni dalam memimpin, seni dalam berumah tangga, seni dalam bekerja,, seni dalam meraih kekuasaan dan juga seni-seni yang lain di segala aspek bidang kehidupan.
Merunut beberapa contoh ungkapan diatas, sepertinya seni telah menjadi kata ganti dari istilah sebenarnya yaitu manajemen. Mungkin kata manajemen tidak cukup mewakili betapa sangat pelik dan rumitnya menjalankan sebuah peran dan fungsi, butuh seni dalam mengelolanya. Karena setiap individu yang menyangganya harus memiliki kesadaran dan kepekaan, juga kebijaksanaan dalam mengembangkan proses kediriannya. Kata manajemen (mengelola) diatas mungkin terlalu cekak makna apabila peran dan fungsi tersebut berupa kotak sosial, hingga akhirnya seni dalam tanda kutip di pilih menjadi ungkapan paling representatif.
Pengertian umum pelaku seni sendiri adalah seniman, sudah pasti bukan dalam pengertian verbal bahwa seniman yang dimaksud adalah seorang penari, pelukis, penyair, dramawan atau musisi. Tetapi ‘Seniman’ disini adalah potensi yang sadar dan peka akan gerak laku kehidupan, mampu memelihara naluri serta kemampuan kreatif untuk selalu menemukan dan mengejawantahkannya dalam kehidupan nyata. Entah itu ustad, pejabat, petani, guru, karyawan, pekerja seni atau bidang profesi lainnya.
Setiap orang pasti memiliki pengalaman tentang keindahan sesuai dengan kadarnya. Bedanya dengan seniman dalam arti pelaku seni yang hidup dari kesenian itu sendiri adalah potensi yang mampu menangkap keindahan, mengekspresikan dan menyatakannya dalam bentuk karya. Namun tidak setiap seniman memiliki hal itu dalam kadar yang selalu tinggi dan kontinyu.
Memahami ‘seni’ dalam berbagai aspek kehidupan dan seni itu sendiri, rasanya seperti membenturkan potensi seniman dan potensi-potensi yang lain dalam suatu dikotomi yang punya kesan satu merdeka, satunya kurang merdeka, dalam arti keleluasaan mengembangkan proses kedirian secara lebih kreatif. Karena jika tidak, seberapa pun kadarnya, profesi bidang apapun, ia hanya akan menjadi ‘pegawai’…..tidak lebih.
Comments are closed